Pemred Majalah Charlie Hebdo Tewas dalam Serangan di Paris
Salah satu korban tewas adalah pemimpin redaksi Charlie Hebdo Stephane Charbonnier yang lebih dikenal dengan nama Charb.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Sejumlah kartunis ternama di Perancis menjadi ada di antaran 12 korban tewas akibat serangan maut ke kantor majalah Charlie Hebdo, Rabu (7/1/2015), di Paris.
Salah satu korban tewas adalah pemimpin redaksi Charlie Hebdo Stephane Charbonnier yang lebih dikenal dengan nama Charb. Korban tewas lain adalah para kartunis yang dikenal dengan panggilan Cabu, Tignous dan Wolinski.
Stephane Charbonnier diketahui sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan akibat sejumlah publikasi majalah ini yang kerap dianggap menghina Islam. Selama ini, Stephane hidup dalam pengawalan ketat aparat keamanan.
Majalah Charlie Hebdo memang dikenal kerap menerbitkan kartun-kartun satir yang oleh umat Muslim dianggap sebagai bentuk pelecehan atau serangan. Majalah ini terbit sejak 1970, mendapat inspirasi namanya dari tokoh kartun Amerika Charlie Brown. Sejak awal majalah ini diterbitkan untuk "meledek" selebriti, politisi bahkan agama.
Pada 2006, Charlie Hebdo menjadi target utama kelompok-kelompok Islam radikal setelah mencetak ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang sempat diterbitkan harian Denmark Jyllands-Posten.
Salah satu kartun menampilkan sebuah bom yang ditempatkan dalam sebuah surban memicu protes di negara-negara Muslim. Namun, redaksi majalah ini selalu berkilah bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari kebebasan berekspresi.
"Sejak karikatur Nabi Muhammad diterbitkan, majalah ini terus mendapatkan ancaman," kata Richard Malka, kuasa hukum majalah Charlie Hebdo, kepada radio RTL.
"Kami hidup di bawah ancaman selama delapan tahun. Memang ada perlindungan namun mereka tak berdaya melawan penyerang yang membawa Kalashnikov," tambah Malka.
Malka melanjutkan bahwa insiden ini adalah sebuah kegilaan karena mereka menjadi sasaran kekerasan hanya karena "membuat kartun".
"Majalah ini hanya melakukan kebebasan berekspresi dan hari ini para jurnalis serta para kartunis membayar mahal untuk kebebasan itu," lanjut Malka.
Sebenarnya, Charlie Hebdo bukan majalah yang cukup besar. Tirasnya hanya sekitar 30.000 eksemplar tiap pekan dan kini mengharapkan donasi agar majalah ini bisa tetap terbit.