Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dunia Kembali Lancarkan Diplomasi Akhiri Konflik Ukraina

Kerry mengatakan, AS menginginkan sebuah solusi diplomatik. Namun, tidak akan menutup mata atas agresi Rusia.

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Dunia Kembali Lancarkan Diplomasi Akhiri Konflik Ukraina
Kompas.com
Pasukan pemberontak pro-Rusia menggunakan sebuah tank untuk berpatroli di kota Krasnodon, wilayah timur Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Upaya-upaya diplomatik terus berlangsung untuk mengakhiri perang yang kembali pecah di Ukraina timur. Presiden Prancis, Francois Hollande, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, tiba di Kiev, Ukraina, untuk menyampaikan prakarsa damai yang baru.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry juga berada di Kiev. Kerry mengatakan, AS menginginkan sebuah solusi diplomatik. Namun, tidak akan menutup mata atas agresi Rusia.

Pertarungan antara pasukan Ukraina dan kelompok pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur sejak April lalu sejauh ini sudah menewaskan 5.000 jiwa.

Ukraina dan dunia Barat menuduh Rusia mempersenjatai kelompok pemberontak. Selain itu, Rusia juga dituduh mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina-Rusia.

Rusia selalu membantah keterlibatannya, namun mengatakan beberapa sukarelawan Rusia ikut bertarung membantu kelompok pemberontak.

Dalam konferensi pers bersama dengan John Kerry, Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, mengatakan ada kebutuhan untuk mencapai perdamaian.

"Kita harus mendapat perdamaian. Namun kami tidak pernah mempertimbangkan apa pun yang mengganggu integritas teritorial kami...Ukraina."

Berita Rekomendasi

Sementara Kerry menuduh Rusia melanggar kedaulatan Ukraina dengan melintasi perbatasan Ukraina "secara sengaja dengan senjata dan personel."

"Kami memilih jalan ke luar yang damai melalui diplomasi, tapi Anda tidak bisa memiliki perdamaian satu sisi saja," ucap Kerry.

Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich, sudah mengatakan setiap keputusan oleh AS untuk memasok senjata ke Ukraina akan menimbulkan "kerusakan besar dalam hubungan Rusia-Amerika Serikat".

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas