MSF: Empat Tahun Konflik Suriah Melumpuhkan Sistem Kesehatan
Perang Suriah memasuki tahun kelima tapi bantuan yang sangat dibutuhkan tidak dapat mencapai jutaan orang yang terperangkap di dalam konflik tersebut.
Penulis: Y Gustaman
![MSF: Empat Tahun Konflik Suriah Melumpuhkan Sistem Kesehatan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pengungsi_anak_suriah_ok_01.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, AMMAN - Perang Suriah memasuki tahun kelima, tapi bantuan yang sangat dibutuhkan tidak dapat mencapai jutaan orang yang terperangkap di dalam konflik tersebut. Sementara tambahan bantuan medis sangat dibutuhkan.
“Empat tahun sejak dimulainya konflik Suriah, perang terus diwarnai aksi kekerasan brutal yang tidak membedakan antara penduduk sipil dan kombatan, serta tidak menghormati status personel dan fasilitas kesehatan yang dilindungi,” ujar Presiden Internasional Médecins Sans Frontières atau Dokter Lintas Batas, Dr Joanne Liu kepada Tribunnews.com di Jakarta, Rabu (11/3/2015).
"Ini adalah hal yang tidak bisa diterima, ketika bantuan kemanusiaan sangat terbatas padahal angka kematian dan penderitaan penduduk sipil sudah mencapai tingkat yang tidak tertanggungkan," sambung Joanne.
Konflik selama empat tahun telah menghancurkan sistem kesehatan di Suriah. Kini nyaris mustahil untuk mendapatkan akses perawatan medis yang penting, menyusul pasokan dan staf medis berkualitas kurang. Ditambah adanya serangan yang menyasar fasilitas medis.
Dari sekitar 2.500 dokter yang bekerja di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah sebelum konflik, kini jumlah dokter yang masih berada di rumah sakit yang masih beroperasi di kota tersebut tidak sampai seratus orang. Sebagian besar dokter dan tenaga medis telah mengungsi ke daerah lain, diculik, atau terbunuh.
“Organisasi kami seharusnya menjalankan beberapa program medis (di Suriah) yang termasuk paling besar dalam 44 tahun sejarah organisasi kami,” ujar Liu. “Tetapi kami tidak melakukannya. Pertanyaannya adalah, kenapa tidak?”
Situasi keamanan yang kian memburuk dan penculikan lima staf oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS pada Januari 2014 memaksa MSF untuk mengurangi aktivitasnya di Suriah.
"Ini tidak hanya berakibat pada ditutupnya fasilitas kesehatan di wilayah-wilayah yang dikendalikan ISIS; ini juga menyebabkan staf medis internasional MSF tak bisa lagi bekerja di Suriah. Karena kami tidak bisa percaya tim kami tidak akan disakiti," paparnya.
Selain menarik diri dari wilayah yang dikontrol ISIS di Suriah setelah stafnya diculik selama lima bulan, MSF hingga kini belum berhasil membuka proyek medis di wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali pemerintah.
MSF hingga kini hanya mengelola enam fasilitas medis di Suriah. Mereka juga telah mendirikan jejaring dukungan untuk lebih dari 100 fasilitas medis di dalam dan di luar wilayah yang dikendalikan pemerintah.
Jejaring ini membantu staf medis Suriah terus bekerja, kerap kali dalam situasi bahaya ekstrem, untuk tetap bisa menyediakan layanan kesehatan minimum bagi penduduk yang terperangkap di dalam konflik. Dukungan yang sangat berarti ini hanya memungkinkan di lokasi terbatas dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masif yang dihadapi tim medis di Suriah.
Menurut Liu, bantuan kemanusiaan berskala besar sangat dibutuhkan di Suriah. MSF siap berbicara dengan semua pihak yang terlibat di dalam konflik, seperti yang telah dilakukan di berbagai konflik, guna memastikan bantuan dapat diterima penduduk sipil dan memperbolehkan petugas medis beraktivitas dengan aman dan efektif di Suriah. Saat ini, MSF terus menangani pengungsi Suriah melalui proyek di Lebanon, Jordan, dan Irak.
"Apabila hal itu belum bisa terwujud, satu-satunya bantuan untuk bertahan hidup yang dimiliki penduduk hanyalah jejaring dokter dan aktivis sipil setempat. Kita bisa dan harus berbuat lebih banyak bagi penduduk Suriah,” Liu menambahkan.