Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Laos, Daging Harimau dan Cakar Beruang Dijual Bebas

Laos sedang menjadi sebuah pusat perdagangan berbagai spesies langka dengan turis asing

Editor: Sanusi
zoom-in Di Laos, Daging Harimau dan Cakar Beruang Dijual Bebas
BBC
Kirana melahirkan ketiga harimau tersebut pada awal Januari setelah mengadung selama 105 hari 

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Sebuah kompleks resor di Laos barat laut, yang menyasar para turis China, telah menjadi "lokasi tak tersentuh hukum" karena melakukan perdagangan ilegal satwa liar mulai dari daging harimau hingga cakar beruang. Demikian menurut laporan sebuah kelompok advokasi, Kamis (19/3/2015).

Para pelanggan "bisa secara terbuka membeli berbagai produk spesies langka" di Zona Ekonomi Khusus Golden Triangle di perbatasan antara Laos, Myanmar dan Thailand di provinsi Bokeo, Laos. Laporan Environmental Investigation Agency (EIA) membeberkan hal tersebut.

Kelompok yang berbasis di London itu, bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) Education for Nature Vietnam, juga mendokumentasikan sejumlah restoran yang menawarkan "tumis daging harimau", cakar beruang, dan trenggiling di daftar menu mereka.

Laos sedang menjadi sebuah pusat perdagangan berbagai spesies langka dengan turis asing, terutama dari negara tetangga China. Hal itu kemudian mendorong permintaan produk-produk ilegal.

Banyak orang China yakin bahwa daging dan bagian-bagian tubuh hewan langka mengandung afrodisiak (zat perangsang berahi) atau kualitas obat.

Laporan EIA tersebut mendesak Laos untuk segera membentuk gugus tugas guna mengatasi perdagangan dan menyita semua produk ilegal di Zona Ekonomi Khusus itu.

"China juga perlu memahami dan menerima (kenyataan) bahwa perdagangan legal kulit harimau hasil penangkaran di dalam negerinya tidak berkontribusi apa-apa selain mendorong permintaan konsumen," kata Debbie Banks dari EIA dalam sebuah pernyataan.

Berita Rekomendasi

Menurut laporan itu, zona Laos "tampak lebih seperti perpanjangan wilayah China", yang beroperasi berdasarkan waktu Beijing, mempekerjakan pekerja yang sebagian besar orang China dan menampilkan simbol-simbol dalam aksara China.

Kondisi serupa juga bermunculan di Myanmar di mana sejumlah kota perbatasan, sering di luar kendali pemerintah pusat, telah menjadi pasar terbuka yang terkenal karena menjual hewan langka, wisata seks dan perjudian kepada turis-turis China.

Nafsu yang tampaknya tak pernah puas China akan daging dan bagian tubuh hewan langka juga menyebabkan penyelundupan berkembang di sebagian besar Asia Tenggara.(Egidius Patnistik)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas