Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketinggian Gunung Himalaya Diduga Turun Akibat Gempa Nepal

Sejumlah ilmuan menemukan hasil mengejutkan terkait Gunung Himalaya

Editor: Sanusi
zoom-in Ketinggian Gunung Himalaya Diduga Turun Akibat Gempa Nepal
AP
Tentara Nepal berusaha membersihkan reruntuhan sebuah kuil di Kathmandu, Nepal, Sabtu (2/5/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, NEPAL - Sejumlah ilmuan menemukan hasil mengejutkan terkait Gunung Himalaya. Mereka mengatakan, ketinggian Gunung Himalaya turun sekitar satu meter akibat gempa Nepal.

Namun, mereka menambahkan, penurunan tersebut diimbangi dengan adanya kenaikan yang lambat akibat aktivitas tektonik.

Selain itu, mereka juga harus meneliti imej satelit di kawasan yang terkenal sebagai lokasi tertinggi Himalaya -Everest- berada. Hingga saat ini, para peneliti masih berdebat mengenai berapa tepatnya ketinggian Everest.

"Peregangan utama yang mengalami penurunan ketinggian adalah peregangan 80-100 km dari Langtang Himal (ke barat laut dari ibukota, Kathmandu)," kata Richard Briggs, seorang ahli geologi dari Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).

Kisaran Langtang adalah lokasi di mana banyak penduduk setempat dan pata pendaki yang dilaporkan hilang dan diperkirakan tewas, setelah terjadi tanah longsor yang dipicu oleh gempa berkekuatan 7,8 pada tanggal 25 April.

Para ilmuwan percaya, ketinggian beberapa puncak Himalaya lainnya, termasuk Ganesh Himal di sebelah barat kisaran Langtang, ada kemungkinan juga turun.

Imej satelit yang mereka analisa sejauh ini berfokus pada Nepal tengah, di mana itu merupakan lokasi dengan kerusakan terparah gempa.

Berita Rekomendasi

Para ilmuwan mengatakan, ada atau tidaknya perubahan pada puncak Himalaya harus dikonfirmasi lebih lanjut oleh survei tanah dan GPS atau misi udara.

"Tapi apa yang kami lihat dari data yang dievaluasi tepatnya dari batas lempeng, ke arah utara ibukota Kathmandu, merupakan daerah yang teridentifikasi turun dengan penurunan hingga 1,5 meter," kata Christine Minet, seorang ahli geologi Pusat Aerospace Jerman (DLR).

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas