Kisah Perjalanan Pianis Asal Suriah Menuju Eropa
Seorang pianis asal Suriah, Aeham Ahmad (27) bersama istri dan dua anaknya pindah ke Eropa untuk mengadu hidup lebih baik.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, YARMOUK - Seorang pianis asal Suriah, Aeham Ahmad (27) yang selama ini menghadapi kesulitan di negaranya akhirnya memutuskan membawa pianonya ke Eropa untuk mengubah nasib.
Sebelumnya, pria yang selalu menyeret pianonya berkeliling Yarmouk, sebuah tempat penampungan pengungsi Palestina di Suriah, itu selalu mengumandangkan lagu-lagu yang bercerita tentang perjuangan hidup di tengah perang Suriah.
Melalui lagu-lagunya, Aeham bahkan mengimbau masyarakat Palestina dan Suriah agar kembali saja ke Yarmouk dan tak usah membahayakan diri menyeberang ke Eropa.
"Oh, para pengungsi, kembalilah. Yarmouk, kau sudah menjadi bagian dari diri kami yang tak akan pernah berubah," demikian Aeham menyanyi seperti dikutip NBC News.
Perjalanan Ahmad dimulai setelah ia memutuskan membawa pergi istri dan dua anaknya dari tempat pengungsian di Yarmouk.
"Saya meninggalkan tempat penampungan itu setelah hidup terasa berhenti begitu saja. Itulah titik akhirnya. Saya harus pergi," tulis Aeham menceritakan kisahnya melalui unggahan status di Facebook.
Dalam upayanya keluar dari tempat pengungsian itu, sejumlah anggota militan ISIS kemudian menghadang Aeham yang sedang menyeret pianonya keluar.
"Mereka menanyakan benda apa itu. Saya jawab itu hanyalah alat-alat musik. Mereka lalu menanyakan lagi pada saya apakah saya tak tahu bahwa musik adalah dosa," katanya, menambahkan para anggota militan ISIS itu kemudian membakar pianonya.
Keluar dari penampungan, ia mengarungi petualangan dari perjalanannya meninggalkan Suriah dan menembus perbatasan Turki, demi mencapai Jerman dan mengubah hidup diri dan keluarganya.
Ia mengunggah kisah perjalanannya ke Facebook menjadi rangkaian postingan yang berjudul 'Buku Harian Penjelajah di Laut'. Kisahnya berakhir setelah mencapai Pulau Lesbos, Yunani.
"Eropa adalah tanah kebebasan. Sekarang karena saya sudah berada di Eropa, saya akan terus bernyanyi tentang kehidupan di Yarmouk dan orang-orang yang tinggal di sana," ucap dia. (Huffington Post/NBC News)