Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Karya Seniman Indonesia Natasha Gabriella Tontey Tampil di Jepang

Suatu keberhasilan besar bagi seniman Indonesia bisa mendapatkan penghargaan ini. Menampilkan karya horor yang menarik bagi para juri Jepang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Karya Seniman Indonesia Natasha Gabriella Tontey Tampil di Jepang
Istimewa
Karya Natasha Gabriella Tontey (26) dipertunjukkan dan karya tulis horornya Little Shop of Horrors (insert pojok kiri atas). 

"Pada proyek ini saya mencoba untuk merespon tema besar dari Koganecho Bazaar 2015 yaitu ‘Art Together with the Town’. Di sini saya mencoba untuk mengumpulkan ketakutan-ketakutan yang dihadapi atau dimiliki masyarakat setempat dan masyarakat Jepang pada umumnya. Kemudian dari data yang saya miliki saya gabungkan dengan cerita tradisional horor Jepang dan pengalaman keseharian saya selama residensi di Koganecho Bazaar, sehingga menjadi cerita baru," ujar Natasha.

"Kemudian dari cerita-cerita yang saya hasilkan saya presentasikan dalam karya saya yang berbentuk toko mainan. Semua mainan dapat dibeli namun orang tidak dapat melihat isinya melainkan cerita-ceritanya saja. Jadi saya menjual ketakutan-ketakutan itu dalam bentuk mainan," jelasnya.

Salah satu contohnya adalah kisah tentang Bakeneko Yujo, di mana Natasha berimajinasi tentang alat untuk mendeteksi apakah Yujo (PSK) yang ada di Koganecho adalah siluman kucing atau bukan.

Kemudian contoh lainnya adalah kisah tentang mainan tentara yang Natasha temukan di salah satu tempat sampah di Isezaki-cho, dimiliki oleh kakek tua veteran perang dunia kedua yang mengalami gangguan mental karena kehilangan teman-temannya pada masa perang.

Kakek ini mengoleksi banyak mainan tentara. Ia percaya bahwa roh teman-temannya hidup di mainan-mainan tersebut.

"Kemudian saya juga mengajak duo musisi dari Fukuoka Sonotanotanpenz (Hitomi Itamura dan Hitomi Moriwaki) untuk berkolaborasi pada performan yang saya lakukan. Pada performan ini kami menggunakan topeng yang saya buat, topeng yang diinspirasikan dari karakter monster Jepang, dan kami membuat pertunjukan singkat berdasarkan cerita-cerita yang saya buat dan Kagome-Kagome (permainan anak-anak tradisional Jepang) yang memiliki sejarah gelap dalam masyarakat Jepang," katanya.

Banyak orang merasa takut, namun tertarik untuk menonton pertunjukan Kagome-Kagome, banyak orang juga merasakan sensasi horor yang disajikan dengan tidak horor.

Berita Rekomendasi

Pada Koganecho Bazaar tahun ini pesertanya dari Filipina, Vietnam, Thailand, Jerman-Norwegia, Tiongkok dan beberapa bagian dari Jepang, kali ini Tokyo, Yokohama, Fukuoka, Nagoya dan Sapporo.

Bagaimana setelah pulang kembali ke Indonesia?

"Mungkin inspirasi dan cerita, karena karya seni dibuat bukan untuk mengubah dunia atau memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat. Sebagai seniman, menurut saya fungsi seniman seperti orang menulis buku, seniman hanya memberikan alternatif cara berpikir yang dituangkan dalam karyanya, pikirannya ya pikirannya sendiri," tambahnya lagi.

Natasha Gabriella Tontey kelahiran tahun 1989, adalah lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan tahun 2011.

Pada tahun 2014 mengikuti program residensi di Ruang MES 56 Yogyakarta, setelah program itu selesai memutuskan untuk tinggal dan bekerja di Yogyakarta sebagai seniman dan desainer grafis.

Pameran terakhir yang diikuti sebelum Koganecho Bazaar antara lain Liminal di Rumah Seni Cemeti (Yogyakarta) pada bulan Juni 2015, Router Art Project di Rumah Seni Cemeti (Yogyakarta) pada Desember 2015, Youth of Today di MES 56 (Yogyakarta) Juni 2014, Body Festival di Ruangrupa (Jakarta) 2013, dan EXI(S)T di Dia.Lo.Gue Artspace (Jakarta) 2012.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas