Warga Filipina Mengaku Temukan Puing Pesawat Malaysia Diduga MH370
Pihak berwenang Malaysia segera bertindak cepat, setelah kabar penemuan puing-puing pesawat berbendera Malaysia ditemukan di wilayah hutan Filipina.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak berwenang Malaysia segera bertindak cepat, setelah kabar penemuan puing-puing pesawat berbendera Malaysia ditemukan di wilayah hutan Filipina dengan menghubungi kepolisian setempat.
Kepala Kepolisian Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan, pihaknya sedang mencari bantuan otoritas Filipina untuk memvalidasi laporan seorang pria berusia 46 tahun yang mengaku menemukan puing pesawat di Pulau Sugbay di Tawi Tawi, ketika ia sedang pergi berburu.
"Tidak ada foto untuk mendukung klaim tersebut, jadi kami mengandalkan rekan-rekan kami untuk memeriksanya," katanya.
Di hari Sabtu, seorang teknisi audio-visual melapor kepada polisi Sadakan, bahwa seorang kenalannya yang baru saja kembali dari Pulau Sugbay, menemukan reruntuhan pesawat.
Kerabatnya itu, kata sang pelapor, juga menemukan potongan tubuh manusia di beberapa bagian pesawat termasuk di kursi pilot.
Ia juga mengatakan keluarganya menemukan bendera Malaysia di sekitar lokasi penemuan, dan ia meyakini bahwa itu merupakan pesawat Malaysia MH370 yang hilang.
Komisaris Polisi Sabah, Datuk Jalaluddin Abdul Rahman mengatakan mereka sedang menyelidiki klaim pria itu.
Seorang pejabat Kepolisian Nasional Filipina senior di kantor pusat regional untuk Daerah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) mengatakan tidak ada laporan pesawat jatuh yang diterima pihaknya.
Menteri Transportasi Malaysia, Datuk Seri Liow Tiong Lai mengatakan pihaknya telah meminta Departemen Penerbangan Sipil (DCA) untuk menyelidiki laporan tersebut.
Ditanya apakah DCA akan mengirimkan tim investigasi ke Filipina, Liow mengatakan bahwa hal itu akan tergantung kebutuhannya.
Pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370 menghilang pada Maret tahun lalu dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing dengan membawa 239 penumpang dan awak, sebagian besar dari mereka warga negara Tiongkok.
Insiden itu memicu salah satu pencarian terbesar dengan fokus di setalan Samudera Hindia. (Asiaone.com)