Mengapa Daun Emas Banyak dan Boleh Dimakan di Jepang?
Washoku atau makanan Jepang telah tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia oleh Unesco.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Washoku atau makanan Jepang telah tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Beberapa makanan tradisional Jepang termasuk juga kue-kue menggunakan daun emas (Kinpaku) yang sangat tipis dan boleh dimakan oleh manusia. Apakah tidak bahaya, tidak apa-apa bagi kesehatan tubuh kita?
Tribunnews.com belajar dari banyak ahli makanan dan kesehatan di Jepang, ternyata Kinpaku, yang juga emas asli, dengan ketebalan 0,0001 mm, terlalu amat sangat tipis itu,ternyata memang boleh dimakan dan tak apa-apa bagi kesehatan manusia.
Emas yang sangat tipis tersebut tidak akan berubah di dalam tubuh kita dan akan ke luar begitu saja bersama tinja kita saat buang air besar.
Sedangkan silver atau perak dan logam lain berbahaya karena akan berubah di dalam pencernaan kita dan dapat merusak tubuh kita.
Emas asli 24 karat yang dibuat menjadi Kinpaku itu pun berasal dari logam lempengan emas agak tebal. Lalu digencet dua silinder terus menerus sehingga menipis sekali.
Setelah menipis sekali pun, lambaran tipis itu diangkat dan diselipkan di antara dua kertas washi (kertas tradisional Jepang).
Tumpukan kertas washi yang menyelipkan emas lembaran tipis itu ditumbuk lagi pakai mesin sehingga semakin melebar dan menjadi semakin tipis sehingga mencapai ketebalan 0,0001 milimeter.
Menggunakan pinset, satu persatu diambil pakai tangan kita ditaruh pada tempat khusus untuk kemudian difungsikan sebagai kinpaku untuk berbagai keperluan.
Ada yang dipakai untuk melapiskan barang kerajinan tangan, untuk dinding rumah, dan untuk menghiasi makanan baik makanan tradisional Jepang maupun kue-kue terutama banyak kita lihat di Kyoto.
Makanan yang menggunakan kinpaku ini misalnya bubur tradisional Jepang, satu set washoku, makanan tradisional Jepang ditaburi kinpaku, dan segala segala macam makanan, kue-kue tradisional Jepang.
Kita makan seperti biasa dan ingat itu adalah asli emas, bukan emas-emasan, apalagi tinta cat emas, bukan.
Penggunaan kinpaku telah dilakukan sejak tahun 1200 tahun sebelum Masehi di Mesir. Lalu perlahan masuk ke China (317-420) yang memiliki sejarah manufaktur saat itu dan juga ke Thailand, Myanmar dan India. Banyak terkait agama Hindu dan Budha yang juga banyak menggunakan Kinpaku.
Masuk ke Jepang pun seiring dengan masuknya perdagangan barat pula masuk ke Jepang. Mulai masuk diperkirakan sekitar tahun 552 di Jepang.
Saat patung besat di kuil Todaiji didirikan tahun 749 penggunaan Kinpaku sudah dilakukan di Jepang dan mulai dikenal luas. Jadi keterkaitan agama Budha cukup kuat dalam mempopulerkan Kinpaku di Jepang.
Kinpaku paling banyak diproduksi di perfektur Kanazawa yang baru saja Oktober 2015 ini terhubung dengan Shinkansen Hokuriku, sehingga semakin praktis, nyaman dan semakin banyak orang ke sana.