Ali Selamat dari Serangan di Mali karena Tahan Napas
Sebuah peluru tiba-tiba menyesak ke leher Ali
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, BAMAKO - Saat itu Ali Yazbek, seorang koki yang bekerja di hotel Radisson Blu, tengah ketakutan lantaran sejumlah pria bersenjata menyerbu hotel mewah di Mali itu.
Saat itu pula, ada sebuah lift yang kelebihan muatan, lantaran orang-orang memaksa masuk ke dalamnya, pintunya tak bisa menutup dan membuat lift itu tertahan.
Sebuah peluru tiba-tiba menyesak ke leher Ali, hingga membuat pria berusia 30 tahun itu tergeletak jatuh, namun masih sanggup bernapas dan bertahan hidup.
Ali yang tengah terbaring di lantai sesungguhnya sempat berpikir hidupnya sebentar lagi akan berakhir, ketika melihat seorang pria bersenjata yang menembaknya berjalan mendekatinya.
Namun, perhatian pria bersenjata itu dialihkan oleh teriakan orang-orang yang berada di lift yang tertahan itu, sehingga pria tersebut memutuskan untuk menghabisi mereka terlebih dahulu.
Ketika pria tersebut puas, ia kembali mendekati tubuh Ali yang terbujur kaku, dan menembakkan sebutir peluru lagi ke arahnya.
"Saya merasakan ia sedang berjalan ke arah saya. Saya mencoba untuk tetap kaku dan menahan napas saya," tutur Ali, dikutip Independent, mengenang momen yang menurutnya merupakan sebuah keberuntungan itu.
Menahan napas ternyata memang terbukti menyelamatkannya. Pria bersenjata itu kemudian meletakkan jarinya di dekat bibirnya, memeriksa apakah korbannya itu masih hidup atau tidak.
"Menurut saya itulah yang menyelamatkan saya, pria itu menaruh jarinya dekat bibir saya, untuk memeriksa. Ia lalu meninggalkan saya, saya sangat beruntung."
Sepeninggal si penembak, Ali lalu menggeser tubuhnya di ujung ruangan dan berbaring di sana hingga pasukan keamanan Mali mengevakuasinya.
Ali menjadi satu dari sejumlah orang yang lolos dari insiden mematikan di hotel Radisson Blu, Bamako, Mali, yang kini dikabarkan telah menewaskan 21 orang.
Insiden tersebut menimbulkan duka dan kekhawatiran akan terorisme yang tengah marak pascatragedi Paris. (TIME/Independent)