Kunci Keberhasilan Sumo Jepang Bisa Juara Kembali Setelah 10 Tahun Kalah?
Ozeki Kotoshogiku Kazuhiro (32) menang dalam turnamen Grand Sumo
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejak akhir minggu lalu sampai kini, masyarakat Jepang sedang tenggelam dalam kebahagiaan mereka setelah pesumo asli Jepang, Ozeki Kotoshogiku Kazuhiro (32) menang dalam turnamen Grand Sumo yang berakhir akhir minggu lalu.
Kemenangan pesumo Jepang itu, menjadi kemeriahan meriah karena 10 tahun terakhir pemenang turnamen Grand Sumo didominasi oleh pesumo asal Mongolia (non Jepang).
Kotoshogiku ketiga ke luar berjalan-jalan keliling ke masyarakat dari tempat turnamen, dielu-elukan "luar biasa" oleh masyarakat yang berderet di pinggir jalan sambil bertepuk tangan, berteriak dan banyak yang mengabadikan melalui ponselnya.
Lalu mengapa pesumo Jepang ini bisa berhasil menguasai turnamen, sehingga setelah 10 tahun barulah muncul sebagai juara turnamen Grand Sumo di Jepang.
Pertama, karena gerakan Kiku Bauwer yang dilakukan Kotoshogiku setiap kali sebelum bertanding.
Gerakan ini adalah gerakan melepaskan stres sehingga dirinya merasa bebas dan tambah semangat, merasa tambah kuat dan hebat, meningkatkan kepercayaan diri. Itulah yang disarankan oleh psikolognya.
Caranya, dengan menekan ke belakang badan sehingga kepala dan mata bisa melihat ke langit dan tangan di rentangkan ke atas seolah ingin memegang sesuatu, meraih sesuatu di atas.
Gerakan merentangkan badan ke belakang itu dilakukan satu dua menit dan pesumo akan merasa lega setelah itu.
Gaya Kiku Bauwer itulah yang selalu membuat penonton ramai bertepuk tangan dan memberikan semangat luar biasa, ada yang berteriak "semngat!" kepadanya.
Hal inilah membuatnya semakin semangat di tengah frustasi kakinya yang agak terkilir merasa sakit selama ini.
Tapi psikologis dan semangatnya bis amengalahkan rasa sakit pada kakinya, bahkan bisa menang dalam kejuaraan.
Hal kedua adalah Gaburiari, istilah sumo yang selama ini sangat langka dilakukan pesumo saat bertanding.
Gaya ini ternyata dikuasai Kotoshogiku dan kunci keberhasilannya di turnamen sumo kali ini.
Gaburiari adalah cara pesumo mendempetkan badan ke lawan, lalu tangan kanan kiri seolah berusaha ingin mengangkat tangan, tetapi pesumo itu sendiri (Kotoshogiku) malahan meloncat, seperti memompa tenaga, sampai jatuh ke bawah, dia bisa mengangkat lawan. Seolah gaya dongkrak ke tubuh lawan.
Setelah lawan terangkat dia akan tidak berimbang dan dengan demikian mudah dijatuhkan.
Lalu kunci keberhasilan Kotoshogiku yang ketiga adalah kebahagiaan dirinya sepenuhnya karena baru saja menikahan gadis Jepang yang cantik (lihat foto) akhir tahun lalu.
Isterinya inilah yang menjadi sumber inspirasi dan kekuatan moral baginya.
"Saya sangat berterima kasih kepada isteri saya," itulah kata-kata pertama yang diucapkan saat memberikan sambutan kemenangan dirinya dalam turnamen Grand Sumo kali ini.