Kisah Tragis Astronot Suriah, Dulu Terbang ke Luar Angkasa, Sekarang Jadi Pengungsi
Faris bahkan dianggap menjadi pembelot tertinggi rezim Assad.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SURIAH - Awalnya astronot Muhammed Faris menjadi semacam pahlawan nasional bagi Suriah.
Dijuluki 'Neil Armstrong dari Arab', Faris menjadi satu dari tiga astronot yang ditugaskan dalam misi perjalanan ke stasiun luar angkasa Mir milik Rusia.
Perjalanan tersebut dilakukan pada Juli 1987.
Mendarat di bumi, Faris sempat mendapat penghargaan 'Hero of the Soviet Union' sebagai orang Suriah pertama yang menjajal luar angkasa.
"Tujuh hari, 23 jam, dan lima menit di luar angkasa telah mengubah hidup saya," ucapnya, dikutip The Guardian.
Tumbuh pemikiran di kepala Faris saat itu bahwa ia ingin berhenti dari misi militer dan mendedikasikan diri untuk pendidikan sains dan astronomi.
Namun, ketika ia kembali ke bumi dan meminta presiden untuk membiayai institut ilmu pengetahuan luar angkasa, jawaban pemerintah adalah "tidak".
"Presiden saat itu (Hafez Assad) ingin tetap membuat masyarakat Suriah terpecah dan berpengetahuan terbatas, agar ia terus berkuasa," katanya lagi.
Hafez Assad adalah ayah dari presiden Suriah yang sekarang, Bashar Assad.
Bashar, menurut Faris, mewarisi hal yang sama dari Hafez, yakni menjadi diktator yang dimusuhi masyarakat.
Masyarakat lalu mulai berunjuk rasa, termasuk Faris dan istrinya, yang berujung pada konflik kekerasan antara kubu pendukung rezim dan penentangnya.
Faris bahkan dianggap menjadi pembelot tertinggi rezim Assad.
Tak tahan berada di tengah konflik, Faris beserta istri dan tiga anaknya akhirnya melarikan diri dari negara tersebut, ke Istanbul, Turki.
Sejak 2012, Faris resmi menjadi pengungsi Suriah yang kini berdomisili di Turki dan mendedikasikan hidupnya membantu sesama pengungsi.
"Saya punya mimpi, bisa duduk di kampung halaman saya, tepatnya di halaman rumah saya, melihat anak-anak saya bermain tanpa takut ada bom," katanya.
"Saya tahu mimpi itu pasti akan terwujud. Saya hanya ingin masa depan yang lebih baik untuk anak-anak saya," tuturnya, berlinang air mata. (The Guardian/Refinery 29)