Kisah Pemuda AS Selamat dari Serangan Teror di Brussel
Namun, pengalaman Mason di negara tersebut menjadi kali ketiga dirinya berada di lokasi serangan teror.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Mason Wells, pemuda berusia 19 tahun asal AS, menjadi satu dari sejumlah orang yang selamat dari serangan teror di Brussels, Belgia.
Mason korban cedera di antara lebih dari 200 orang yang terluka akibat serangan di Bandara Zaventem, Brussels, Selasa (22/3/2016).
Mason terkena pecahan bom yang meledak, mengalami cedera pada tendon kaki, serta menderita luka bakar derajat dua dan tiga pada bagian wajah dan tangan.
Namun, pengalaman Mason di negara tersebut menjadi kali ketiga dirinya berada di lokasi serangan teror.
Sebelumnya, Mason telah mengalami serangan teror di Paris pada November 2015 dan Boston pada April 2013.
November 2015 lalu, misionaris Mormon itu sedang melakukan perjalanan ke Prancis dan berada di daerah yang jauhnya sekitar dua jam dari Paris.
Sedangkan, pada April 2013 lalu, Mason hanya terpaut jarak satu blok dari titik bom meledak, saat sebuah lomba maraton dihelat di Boston, AS.
Saat itu, Mason dan ayahnya tengah menanti ibunya yang menjadi peserta lomba maraton tersebut, mencapai garis finish.
Kali ini, di Brussels, Mason benar-benar di dekat sumber ledakan, sehingga membuat dirinya mengalami cedera lumayan parah, meski tak mengancam nyawa.
"Ini adalah ketiga kalinya anak saya mengalami serangan teror. Kita hidup di dunia yang berbahaya dan tak semua orang mau mengasihi," kata ayah Mason, Chad Wells.
Sang ayah mengaku tahu anaknya menjadi korban dari siaran berita di televisi dan bersyukur Mason bisa selamat dari kejadian nahas itu.
"Saya sangat terkejut mendengar berita itu. Orangtua manapun tak ingin mendengar berita semacam itu. Kami hanya bisa bersyukur ia bisa lolos," sebut Chad. (Daily Mail/AP)