Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Senbazuru Jepang Jadi Tren Gara-gara Presiden Obama

Senbazuru adalah proyeksi dari sebuah mitos sejak zaman dahulu kala di Jepang, simbol panjang umur.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Senbazuru Jepang Jadi Tren Gara-gara Presiden Obama
Asahi/Wiki
Sadako Sasaki (kiri), wanita, simbol perdamaian di Hiroshima, korban bom atom yang berusaha membuat Senbazuru (1000 lipatan kertas Origami berbentuk bangau), dipercaya impian bisa tercapai, misalnya kesembuhan, apabila bisa membuat sedikitnya 1.000 Senbazuru. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Lipatan kertas warna warni lalu dibuat model bangau mungkin sudah pernah kita lihat.

Kalau membuat sedikitnya 1.000 origami bangau tersebut, jadilah Senbazuru, dirangkai jadi satu dan kini kembali trendi di Jepang gara-gara perhatian besar Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat berkunjung ke Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima, Jumat (27/5/2016).

Senbazuru adalah proyeksi dari sebuah mitos sejak zaman dahulu kala di Jepang, simbol panjang umur.

Ada kepercayaan populer bahwa akan berumur panjang dan sering digunakan sebagai hadiah kepada (pasien) rumah sakit.

Pembuatan bentuk bangau pun ada dua macam. Ada yang percaya bagian leher jangan dibengkokkan tidak bagus, tetapi ada yang percaya tak apa karena dibentuk kepala.

Sehingga jangan heran ada origami Senbazuru yang membuat bentukan bangau seolah tanpa kepala, lurus saja bagian leher.

BERITA REKOMENDASI

Senbazuru baru populer setelah sahabat Sadako Sasaki (7 Januari 1943 – 25 Oktober 1955) Chizuko Hamamoto datang menjenguknya di rumah sakit.

Sasaki adalah gadis Jepang yang masih berumur dua tahun ketika bom atom dijatuhkan tanggal 6 Agustus 1945, di dekat rumahnya di sekitar jembatan Misasa, Hiroshima, Jepang.

Sadako berada di rumahnya saat ledakan terjadi, sekitar satu mil dari Ground Zero.

Bulan November 1954, leher dan bagian belakang telinga Sadako membengkak. Bulan Januari 1955, bercak ungu bermunculan di kedua kakinya.

Akhirnya, ia didiagnosa menderita leukemia lalu dirawat di rumah sakit pada tanggal 21 Februari 1955, dan dinyatakan bahwa ia hanya punya sisa hidup paling lama sekitar setahun.


Tanggal 3 Agustus 1955, sahabat Sadako, Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan melipatnya menjadi burung bangau kertas.

Sadako merasa tak mampu mencapai jumlah 1.000, sehingga ia hanya mampu melipat sampai 644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan usahanya sampai genap berjumlah 1.000 lalu mereka menguburkan semuanya bersama Sadako.

Versi ini diambil dari buku Sadako and the Thousand Paper Cranes.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas