45,8 Juta Orang Terjebak dalam Perbudakan Modern
Di Asia Tenggara, Kamboja merupakan negara dengan prevalensi perbudakan modern tertinggi dengan 1,6% dari populasinya terperangkap dalam perbudakan
Editor: Eko Sutriyanto
![45,8 Juta Orang Terjebak dalam Perbudakan Modern](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pemulangan-nelayan-asing-korban-perbudakan_20150410_160857.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 45,8 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak di seluruh dunia terperangkap dalam perbudakan modern.
Jumlah ini 28 persen lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Mereka diperbudak melalui perdagangan manusia, kerja paksa, alasan terjerat utang, pernikahan paksa, atau perbudakan berkedok pernikahan serta eksploitasi seksual komersial.
Data ini terungkap dalam Indeks Perbudakan Global 2016, sebuah laporan penelitian utama yang diterbitkan hari ini oleh Walk Free Foundation.
Penelitian survei mencakup 42.000 wawancara dalam 53 bahasa di 25 negara, mewakili 44% dari populasi global, termasuk 15 survei tingkat negara bagian di India.
Bagaimana Indonesia? Penelitian ini mencatat sekitar 736.000 orang atau 0,3% dari populasi Indonesia masih terperangkap dalam perbudakan modern.
Prevalensi perbudakan di Indonesia menempati peringkat ke tujuh tertinggi di Asia Tenggara dan ke-39 dari 167 negara yang disurvei.
Kasus-kasusnya mencakup eksploitasi pembantu rumah tangga asing serta pernikahan paksa dan pernikahan anak di bawah umur.
Di Asia Tenggara, Kamboja merupakan negara dengan prevalensi perbudakan modern tertinggi dengan 1,6% dari populasinya yang diperkirakan terperangkap dalam perbudakan.
Negara dengan prevalensi perbudakan tertinggi selanjutnya di Asia Tenggara adalah Myanmar (0,9%), diikuti oleh Brunei (0,8%), Thailand (0,6%), Malaysia (0,4%), Filipina (0,4%), Indonesia (0,3%), Laos (0,3%), Timor Leste (0,3%), Singapura (0,2%) dan Vietnam (0,1%).
Dilihat dari segi jumlah mutlak, India merupakan negara dengan jumlah mutlak perbudakan modern yang tertinggi dengan perkiraan 18,35 juta orang yang diperbudak, Tiongkok (3,39 juta), Pakistan (2,13 juta), Bangladesh (1,53 juta) dan Uzbekistan (1,23 juta).
Jika jumlah dari lima negara tersebut digabungkan, jumlahnya hampir mencapai 58% dari jumlah total perbudakan di dunia, atau sejumlah 26,6 juta orang.
Indeks Perbudakan Global 2016 memperkirakan bahwa jumlah orang yang diperbudak meningkat 28% lebih banyak daripada jumlah yang dilaporkan pada edisi tahun 2014.
Jumlah peningkatan yang signifikan ini diperoleh karena adanya perubahan dalam pengumpulan data dan metodologi penelitian yang lebih baik.
Penelitian survei untuk Indeks Perbudakan Global 2016 mencakup lebih dari 42.000 wawancara yang dilakukan dalam 53 bahasa di 25 negara, termasuk 15 survei tingkat negara bagian di India. Survei yang representatif ini mencakup 44% dari populasi global.
Andrew Forrest, Ketua Walk Free Foundation mengatakan pemberantasan perbudakan merupakan tindakan yang sudah sepatutnya dari segi moral, politik, logika, dan ekonomi.
Ia juga meminta agar negara-negara dengan ekonomi tebesar di dunia untuk memberikan contoh pada negara lain dengan melakukan dan menerapkan tindakan anti-perbudakan dengan tegas.
"Saya percaya atas peran penting para pemimpin kepemerintahan, bisnis dan masyarakat
sipil," kata Forrest.