Sajikan Miras pada Bulan Ramadhan, Pelayan Kafe Dipukuli
Insiden ini memicu reaksi dari politisi sayap kanan setempat yang melihat kondisi ini sebagai pelanggaran nilai-nilai dasar Perancis.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PERANCIS - Seorang pelayan kafe di kota Nice, Perancis, mengadukan dua orang pria yang menyerangnya setelah dia tetap menyajikan minuman beralkohol pada hari pertama bulan suci Ramadhan.
Kabar insiden pemukulan di kota yang dikenal dengan sinar mataharinya itu memicu perdebatan hangat terkait isu meningkatnya fundamentalisme agama di negeri tersebut.
Sang pelayan, perempuan keturunan Tunisia berusia 30 tahun itu, mengatakan, dia sedang melayani pesanan minuman pada saat makan siang, Senin (6/6/2016), di halaman Vitis Cafe di Lamartine, Nice.
Saat itulah datang dua orang pria yang mengkritiknya karena tetap menyajikan minuman keras kepada para pelanggan kafe.
"Saya sedang sendirian di bar ketika dua orang pejalan kaki itu tiba-tiba muncul. Mereka menunjuk jajaran minuman keras di bar dan salah satu dari mereka mengatakan bahwa saya seharusnya malu menyajikan minuman keras pada bulan Ramadhan," ujar pelayan tersebut.
Pelayan itu kemudian mengatakan, salah seorang dari kedua pria tersebut berteriak, "Jika saya adalah Tuhan, saya akan menggantung kamu."
Terkejut dengan perilaku kedua pria tak dikenal itu, pelayan perempuan itu balik berteriak, "Kamu bukan Tuhan yang bisa menghakimi saya."
Terkejut karena mendapat serangan balik, kedua pria itu kemudian memaki sang pelayan dan meninggalkan kafe tersebut.
Beberapa saat kemudian, berdasarkan rekaman CCTV, kedua pria itu kembali ke kafe itu dan salah seorang dari mereka menampar wajah pelayan perempuan tersebut hingga jatuh ke lantai.
"Seluruh peristiwa itu terekam kamera CCTV dan saya sudah menyerahkannya kepada polisi," kata pemilik kafe, Nacim.
Nacim kemudian membujuk pegawainya itu untuk membuat pengaduan ke polisi terkait kekerasan yang dialaminya.
Kabarnya, kepolisian setempat sudah berhasil mengidentifikasi kedua pria itu. Salah satunya adalah seorang imigran gelap yang kerap membuat ulah di tempat itu. Namun, kedua orang itu belum tertangkap.
"Saya sangat ketakutan. Saya tak mengerti mengapa mereka menghina saya? Mengapa menampar saya? Saya merasa sangat malu. Saya tak ingin perempuan lain menjadi korban serangan semacam ini," kata pelayan yang juga seorang Muslim ini.
"Bukan berarti karena saya melayani minuman keras berarti saya tak menjalankan perintah agama saya," kata dia.