Ribuan Kaum Gay Berkumpul Doakan Korban Penembakan di Orlando
Ribuan warga Orlando berkumpul di lokasi insiden penembakan di kelab malam gay di kawasan Pulse, Orlando, Florida
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, ORLANDO - Sebuah paduan suara gay bernyanyi, lilin berkedip-kedip, dan bendera aneka warna berkibar di langit senja Orlando, Florida, Amerika Serikat, Senin (13/6/2016).
Ribuan warga Orlando berkumpul di lokasi insiden penembakan di kelab malam gay di kawasan Pulse, Orlando, Florida, seperti dilaporkan Agence France Presse, Selasa (14/6/2016).
Mereka menyalakan lilin, menangis, dan menyanyikan lagi ratapan untuk mengenang dan mendoakan para korban tewas akibat penembakan brutal oleh seorang keturuan imigran Afganistan.
Penembakan terjadi Minggu (12/6/2016) pukul 02.00 waktu setempat atau Senin dini hari WIB. Lima puluh orang tewas, termasuk penyerang Omar Mateen (29), yang dibunuh polisi.
Ribuan kaum gay dan keluarga mereka, juga para simpatisan, termasuk anak-anak, saling berangkulan dan kemudian bergandengan tangan mengenang peristiwa tragis itu.
Orlando merupakan salah satu pusat destinasi wisatawan karena terkenal dengan taman dan air mancur yang indah. Wisatawan Inggris paling menyukai berkunjung ke kota itu.
Pembicara pada upacara doa bersama Senin itu menggunakan bahasa Inggris dan Spanyol, karena banyak korbannya berasal dari dua komunitas bahasa tersebut.
Satu per satu, mereka mendesak semua pihak di Orlando untuk bersatu dalam mengecam pelaku dan melindungi komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT).
Joe Brennan, seorang insinyur berusia 52 tahun menghadiri acara tersebut. Dia mengatakan, acara doa bersama itu memiliki pesan utama yang harus sederhana.
"Seharusnya tidak begitu mudah untuk mendapatkan senjata," katanya. "Warga sipil tak berdosa harus dilindungi,” katanya.
Alex Hartdegen (20), seorang mahasiswa seni, mengatakan, perdebatan tidak saja soal kepemilikan senjata, tetapi yang terpenting adalah mengajar orang untuk hidup damai dan menghargai kehidupan.
Menjelang akhir upacara, massa hadirin pun hening sambkil mengacungkan lilin bernyala ke udara, lonceng gereja pun berdering 49 kali – simbol untuk masing-masing 49 korban penembakan Matte.
Acara pun ditutup dengan lagu The Beatles, Let it Be.