Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

China Didesak Hentikan Pengambilan Organ Tubuh Para Tahanan Politik

Juru bicara kedutaan besar China, Zhu Haiquan menanggapi tuduhan-tuduhan pengambilan organ itu sebagai rekayasa.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in China Didesak Hentikan Pengambilan Organ Tubuh Para Tahanan Politik
BBC
ILUSTRASI : Organ tubuh 

TRIBUNNEWS.COM, AS - DPR Amerika Serikat (AS) mensahkan resolusi yang mendesak China agar menghentikan pengambilan organ tubuh para tahanan politik, agama dan keyakinan lainnya yang dianggap menentang pemerintah Beijing.

Sebuah sub komite gabungan Amerika Kamis (23/6) minggu lalu mendengar kesaksian mengenai perdagangan organ ilegal hanya dua minggu setelah DPR mensahkan sebuah resolusi yang mendesak China agar menghentikan pengambilan organ tubuh para tahanan hati nurani/tahanan politik, agama dan keyakinan lainnya yang dianggap menentang pemerintah.

Bersaksi dihadapan anggota Kongres Christopher Smith dan Dana Rohrabacher, para penyelidik menyampaikan temuan dalam dokumen setebal 798 halaman yang diterbitkan hari Rabu.

Laporan itu mengatakan Partai Komunis China terlibat dalam pembunuhan masal, menyiksa aktivis yang dipenjarakan terutama pengikut Falun Gong dan etnis Uighur, Tibet dan sebagian warga Kristen dari gereja-gereja yang tidak diakui pemerintah untuk mendapat organ guna transplantasi medis.

Menurut laporan baru itu, pengambilan organ China setiap tahunnya jauh melampau perkiraan resmi pemerintah yaitu 10 ribu prosedur pembedahan setiap tahunnya.
David Matas seorang pengacara HAM Kanada dan salah seorang penyusun laporan itu mengungkapkan,

"Berapa besar transplantasi organ di China ketika kita jumlahkan semua data dari pusat-pusat transplantasi dan RS? Bukannya 10 ribu per tahun, kami memperkirakan berkisar antara 60 ribu sampai 100 ribu transplantasi per tahun, dengan penekanan pada jumlah yang lebih besar."

Bersama rekan penyusun laporan itu, David Kilgore seorang mantan diplomat senior Kanada, kesaksian mereka juga diikuti oleh wartawan investigasi Ethan Gutmann, Profesor Francis Delmonico dari Fakultas Kedokteran Harvard dan Charles Lee, seorang pengikut Falun Gong yang mengasingkan diri.

Berita Rekomendasi

“Kita ingin menegaskan kepada semua pihak, bahwa transplantasi organ jenis apapun harus ditangani secara sangat hati-hati khususnya di negara seperti China” kata Rohrabacher kepada VOA setelah sidang itu. Ia menyebut kepemimpinan komunis “sangat menekan, ini digunakan bukan hanya sebagai cara mendapatkan uang yang tidak bermoral tapi juga untuk menekan rakyat mereka,” paparnya.

“Perdagangan organ adalah tindakan yang tidak beradab. Seperti Nazi dan terjadi saat ini di banyak bagian dunia, termasuk khususnya di China,” kata Smith kepada VOA.

“Keprihatinan terbesar adalah pejabat militer mendapat uang dalam jumlah besar dengan mengeksekusi pengikut Falun Gong dan tahanan politik, agama serta keyakinan lainnya yang bertentangan dengan pemerintah, untuk mengambil organ mereka. Ini harus dihentikan dan diungkapkan," imbuhnya.

Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya menjadi tahanan yang dipenjara dan mengetahui bahwa besok jam 8.00 pagi, pankreas atau hati kita diambil kemudian kita akan mati."
Tanggal 13 Juni lalu, Kongres AS dengan suara bulat mensahkan resolusi yang mendesak China untuk menghentikan pengambilan organ para tahanan politik, agama dan keyakinan lainnya dan mengakhiri hukuman terhadap Falun Gong yang sudah berlangsung 17 tahun.

Resolusi itu juga melarang Departemen LN Amerika mengeluarkan visa bagi mereka di China dan negara-negara lain yang bertanggung jawab melakukan pengambilan organ manusia. RUU itu juga mewajibkan laporan dipatuhinya kebijakan setiap tahun kepada Kongres.

Juru bicara kedutaan besar China, Zhu Haiquan menanggapi tuduhan-tuduhan pengambilan organ itu sebagai rekayasa.

Ia juga menyebut Falun Gong sebuah gerakan anti China dan mendesak Kongres untuk menarik dukungannya bagi praktek spiritual yang menggabungkan meditasi dan latihan qigong dengan falsafah moral yang berpusat pada prinsip-prinsip kebenaran dan kasih sayang. [my/jm]

Sumber: VOA Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas