Bouhlel Kirim Uang ke Orangtua Sebelum Lakukan Teror
Bouhlel yang mengemudikan truk lori berkecepatan tinggi menabrakkan ke arah kerumunan orang yang tengah memperingati Bastille Day.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PARIS -- Polisi Prancis menangkap empat orang pria yang diduga terkait dengan serangan menggunakan truk ukuran besar (lori) dikemudikan Mohamed Lahouaiej Bouhlel di kawasan wisata Promenade des Anglais, Kota Nice, Kamis (14/7). Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggungjawan terhadap serangan itu dan menyebut Bouhlel sebagai tentaranya.
Bouhlel yang mengemudikan truk lori berkecepatan tinggi menabrakkan ke arah kerumunan orang yang tengah menonton pertunjukan kembang api untuk memperingati Bastille Day. Sebanyak 84 orang tewas, termasuk 10 anak-anak.
Polisi menangkap tiga orang di Nice, Sabtu (16/7/2016) pagi, dan seorang lainya pada Jumat malam. Penyidik tengah menelusuri apakah Bouhlel bertindak sendiri atau berkomplot dengan orang lain. Selain itu untuk mengetahui apa motif dia berhubungan dengan kelompok radikal.
Keterlibatan orang lain dalam serangan di Nice terungkap setelah muncul tayangan video yang menggambarkan seorang polisi bergulat dengan seorang pria di lokasi kejadian. Kejadian itu berlangsung tak lama setelah polisi menembak mati Bouhlel.
Beberapa petugas terlihat bergulat dengan seorang pria di belakang truk yang melaju di jalan sepanjang 1,5 km. Kejadian itu mengindikasikan adanya orang kedua di lokasi kejadian.
Namun keluarga Bouhlel di Tunisia menyakini pelaku teror itu tidak terkait dengan organisasi teroris. Beberapa hari sebelum beraksi, Bouhlel mengirim uang 84 ribu franc kepada keluarganya di Msaken, Tunisia.
"Sebagaimana layaknya perantauan Tunisia lainnya, secara berkala ia mengirim uang kepada kami. Namun belakangan ia mengirim semua uangnya, ini adalah keberuntungan kepada kami," ujar Jaber Bouhlel, saudara kandung Mohamed Lahouaiej Bouhlel, ketika ditemui di Tunisia.
Diakui pengiriman uang dilakukan secara ilegal. Ia menitipkan uang itu kepada orang yang pulang kampung di Tunisia. "Ia minta uang ini disampaikan kepada keluarga kami," tambah Jaber.
Dalam kesempatan itu ia menyatakan saudara kandungnya bukan seorang teroris. Namun sang ayah menyebut Bouhlel menderita penyakit mental, bukan tentara radikal seperti diklaim ISIS dalam pernyatannya. (dailymail/feb)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.