PM Turki Bantah Pernyataan Erdogan yang Menyebut Pelaku Bom Bunuh Diri adalah Anak-anak
PM Turki Binali Yildirim mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan pelaku serangan maut dalam sebuah pesta pernikahan etnis Kurdi.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Pemerintah Turki, Senin (22/8/2016), mencabut pernyataan yang menyebut pelaku bom bunuh diri di Gaziantep akhir pekan lalu adalah bocah berusia 12-14 tahun.
PM Turki Binali Yildirim mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan pelaku serangan maut dalam sebuah pesta pernikahan etnis Kurdi yang menewaskan lebih dari 50 orang itu.
Pernyataan Yildirim ini bertolak belakang dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang yakin bahwa pelaku bom bunuh diri itu masih anak-anak.
"Kami belum mendapat petunjuk apapun terkait pelaku bom bunuh diri. Semua informasi awal terkait pelaku dan organisasi di belakangnya, sayang sekali tidak benar," kata Yildirim.
Sebelumnya, Presiden Erdogan juga menyebut dalang di balik serangan maut itu adalah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Yildirim mengatakan, semua informasi yang menyebut pelaku adalah anak-anak masih sebatas rumor. Sehingga dia meminta aparat keamanan lebih keras bekerja untuk mengungkap pelaku serangan.
"Semua yang ada di belakang serangan itu akan diungkap, tak ada keraguan soal ini," Yildirim menegaskan.
Sementara itu harian Hurriyet mengabarkan, tes DNA kini sedang dilakukan untuk memastikan identitas pelaku, kebangsaan dan jenis kelamin pelaku bom bunuh diri.
Media massa Turki menyebut, sebagian besar korban tewas dalam serangan di Gaziantep itu adalah anak-anak atau remaja.
Sejauh ini, 29 dari 44 korban tewas yang sudah diidentifikasi berusia di bawah 18 tahun.
Kantor berita Dogan mengabarkan, jumlah korban tewas bertambah hingga 54 orang karena beberapa korban yang kritis di rumah sakit akhirnya tak bisa diselamatkan.
Saat ini masih 66 orang dirawat di rumah sakit dan 14 orang di antaranya dalam kondisi kritis.