Putra Mahkota Thailand Ingin Naik Takhta Tahun Depan
Putra Mahkota Thailand tersebut menyatakan akan memulai proses penyerahan tahta pada bulan Oktober 2017 setelah upacara pemakaman ayahnya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Raja Thailand Bhumibol Adulyadej meninggal Kamis (13/10/2016) lalu.
Namun, putra mahkota Thailand Maha Vajiralongkorn mengatakan ingin lebih banyak waktu untuk berkabung atas kematian ayahnya.
Putra Mahkota Thailand tersebut menyatakan akan memulai proses penyerahan tahta pada bulan Oktober 2017 setelah upacara pemakaman ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Sabtu (15/10/2016) malam, Perdana Menteri sementara Thailand Prayut Chan-o-cha mengatakan bahwa pemerintahan menghormati keinginan Maha Vajiralongkorn.
Ia menyebut putra mahkota berharap rakyat Thailand tidak perlu mengkhawatirkan masa tanpa raja.
Dikatakannya, putra mahkota akan berupaya memperkecil dampak pergantian ke era yang baru.
Sebagaimana yang ditetapkan dalam Konstitusi, seorang wali akan mengisi kekosongan tersebut.
Mantan perdana menteri Prem Tinsulanonda akan menjabat sebagai wali.
Politikus berusia 96 tahun tersebut mengepalai Dewan Penasihat.
Penasihat senior kerajaan Thailand, Prem Tinsulanonda, ditunjuk menjadi regent atau pemangku raja menyusul meninggalnya Raja Bhumibol.
Purnawirawan jenderal berusia 96 tahun ini akan melaksanakan tugas-tugas kerajaan, hingga Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn resmi menjadi raja Thailand menggantikan mendiang sang ayah.
Vajiralongkorn sudah meminta agar suksesi kerajaan ditangguhkan untuk memberinya waktu berkabung atas meninggalnya Raja Bhumibol.
Penunjukan mantan Perdana Menteri Prem Tinsulanonda sebagai pemangku raja sesuai dengan konstitusi Thailand, seperti yang dilansir dari The Bangkok Post.
Selain itu, disebutkan juga bahwa ketua dewan kerajaan bisa melaksanakan tugas-tugas raja sampai diangkat seorang raja secara definitif.
Peraturan soal kerajaan yang sangat ketat membuat suksesi raja tidak bisa dibicarakan secara terbuka di Thailand karena bisa dianggap sebagai ancaman atau penghinaan terhadap keluarga kerajaan.
Mereka yang dinyatakan menghina kerajaan bisa dihukum penjara dalam waktu yang lama. (NHK/BBC)