Obama Tidak Akan Diam Jika Muslim AS Didiskriminasi Saat Trump Menjabat Presiden
Usai hengkang nanti, Obama menekankan dirinya akan menikmati hidup sebagai warga normal.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden AS Barack Obama mengatakan dirinya tidak akan diam jika muslim AS didiskriminasi saat Donald Trump menggantikannya jadi presiden pada 2017 nanti.
Obama diwawancara dalam sebuah acara talkshow 'Daily Show', Selasa (13/12/2016), dan membahas soal kehidupannya pascamemerintah.
Usai hengkang nanti, Obama menekankan dirinya akan menikmati hidup sebagai warga normal.
Namun, Obama tetap akan memantau pemerintahan berikutnya, dengan Donald Trump sebagai presiden terpilih yang menempati posisinya nanti.
"Saya, sih, berpikir saya tidak akan langsung hilang begitu saja (dari dunia politik)," kata Obama.
"Tapi, tetap penting untuk memberi kesempatan bagi pemerintahan terbaru mengupayakan apa yang telah dijanjikan pada publik," tambahnya.
Obama juga mengatakan dirinya juga akan bersuara jika ia melihat pemerintahan baru nanti melakukan sesuatu yang melanggar konstitusi.
Seperti misalnya diskriminasi terhadap muslim AS melalui pembuatan database khusus untuk warga muslim di AS.
Kebijakan itu memang sempat digemborkan oleh Donald Trump semasa kampanye, yang kerap dikritik karena dianggap melanggar konstitusi AS.
Sebab, pembuatan database kependudukan tersendiri untuk muslim AS itu disebut bertujuan agar muslim AS dapat lebih dipantau pergerakannya.
"Saya pasti tidak akan diam soal itu," sahut Obama, usai ditanya oleh host Trevor Noah.
Puluhan ribu warga AS sempat memprotes kebijakan pembuatan database itu, sebab mereka menganggap itu tandanya pemerintah sudah berprasangka buruk terhadap golongan agama tertentu. (New York Times/Vogue)