Analis CIA yang Pernah Interogasi Saddam Husein Beberkan Sederet Kesalahan AS Saat Menginvasi Irak
Seorang analis CIA yang pernah bertugas untuk menginterogasi diktator Irak Saddam Hussein mengungkap hal mengejutkan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Seorang analis CIA yang pernah bertugas untuk menginterogasi diktator Irak Saddam Hussein mengungkap hal mengejutkan.
John Nixon, yang berulang kali berbincang dengan Saddam, mengatakan, pemerintah AS melakukan kesalahan fatal dalam intervensi ke Irak.
Kesalahan itu, lanjut Nixon, khususnya adalah pandangan CIA terhadap Saddam terkait penggunaan senjata pemusnah massal.
CIA juga melakukan kesalahan soal kondisi kesehatan Saddam, kebiasaan, dan keterlibatannya dalam pemerintahan Irak.
Nixon juga mengkritik perilaku George W Bush yang memerintahkan invasi ke Irak.
Dia menyebut, Bush hanya mau mendengarkan topik yang mau didengarnya.
Dalam interogasi itu, Nixon pernah bertanya kepada Saddam Hussein terkait niatnya menggunakan senjata pemusnah massal terhadap tentara AS di Arab Saudi.
Menurut Nixon, kepada dirinya, Saddam menegaskan sama sekali tak pernah memikirkan untuk menggunakan senjata pemusnah massal.
"Hal itu tak pernah dibahas. Menggunakan senjata pemusnah massal melawan dunia? Adakah orang yang mampu melakukannya? Siapa yang akan menggunakan senjata itu terhadap mereka yang tak pernah menyerang kami?" kata Nixon menirukan Saddam.
Nixon menambahkan, pernyataan Saddam itu bukanlah hal yang ingin didengar Amerika Serikat.
Padahal, dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal yang menjadi pembenar invasi kontroversial AS dan Inggris terhadap Irak.
Kesalahan intelijen terkait senjata pemusnah massal di Irak bukan satu-satunya kesalahan AS.
Nixon mengatakan, Saddam sudah memperingatkan soal nation building jika pemerintah Amerika Serikat ingin mengelola Irak.
"Anda akan gagal. Anda akan menyadari tak mudah untuk memerintah Irak," tambah Saddam seperti disampaikan Nixon.
Masih kepada Nixon, Saddam mengatakan, pemerintah AS tidak memahami rakyat Irak karena AS tak memahami bahasa, pola pikir, sejarah, hingga cuaca negeri itu.
Ternyata prediksi Saddam menjadi kenyataan.
Irak kini terjerembab dalam kekacauan setelah Saddam disingkirkan.
Sejak itu, konflik bersenjata tak kunjung reda di Irak yang sudah mengakibatkan setidaknya 200.000 warga negeri itu tewas.
Saddam Hussein dieksekusi dengan cara digantung pada 2006, tiga tahun setelah dia ditangkap pasukan khusus AS di dekat kampung halamannya, Tikrit.
Sumber : Independent