Trump Tunjuk John Ratcliffe sebagai Direktur CIA, Pernah Bantu 'Jegal' Hillary Clinton di Pilpres AS
Mantan anggota DPR dari negara bagian Texas ini sebelumnya juga pernah menjabat sebagai direktur intelijen nasional dari 2020 hingga 2021
Penulis: Bobby W
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden terpilih Donald Trump mengumumkan bahwa ia telah memilih John Ratcliffe untuk menjabat sebagai direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) pada hari Selasa (12/11/2024) waktu setempat.
Dikutip dari CNN, Ratcliffe sebelumnya digadang-gadang sebagai sosok di urutan teratas dalam daftar calon jaksa agung, kata sejumlah sumber yang dekat dengan tim kampanye Donald Trump.
Di dalam keterangan terkait penunjukkan direktur CIA yang baru tersebut, Donald Trump juga memuji loyalitas yang telah ditunjukkan oleh Ratcliffe selama ini.
Trump juga menjabarkan beberapa capaian yang diraih sepanjang karir Ratcliffe dalam pengumuman tersebut.
"Dari mengungkap kolusi Rusia palsu yang ternyata merupakan operasi kampanye (Hillary) Clinton, hingga menangkap penyalahgunaan FBI terhadap Hak Sipil di Pengadilan Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing (FISA), John Ratcliffe selalu menjadi pejuang untuk Kebenaran dan Kejujuran dengan Publik Amerika."
Menanggapi kabar tersebut, Seorang pejabat CIA mengatakan kepada CNN pada hari Selasa bahwa lembaga tersebut "berkomitmen untuk memastikan transisi yang lancar.".
Ratcliffe saat ini menjabat sebagai ketua Center for American Security di America First Policy Institute, sebuah lembaga pemikir yang terkait dengan Trump.
Mantan anggota DPR dari negara bagian Texas ini sebelumnya juga pernah menjabat sebagai direktur intelijen nasional dari 2020 hingga 2021 selama masa jabatan pertama Trump.
Tak pelak penunjukan Ratcliffe sebagai Direktur CIA yang baru menjadi argumen penting bagi para kritikus yang percaya bahwa Trump menggunakan komunitas intelijen untuk memenuhi kebutuhan politiknya.
Racliffe Bantu Trump "Jegal" Hillary Clinton
Selama masa jabatannya sebagai kepala badan intelijen, Ratcliffe secara terbuka merilis informasi yang belum diverifikasi mengenai pengaruh Rusia dalam pemilu presiden 2016, meskipun ada keberatan dari anggota komunitas intelijen.
Baca juga: Elon Musk Masuk Kabinet Trump, Akan Pimpin Departemen Efisiensi Pemerintah Bersama Vivek Ramaswamy
Informasi yang dirilis oleh Ratcliffe tersebut mengklaim bahwa Hillary Clinton, yang saat itu merupakan calon presiden dari Partai Demokrat, secara pribadi menyetujui upaya penyebaran hoaks kepada Trump.
“Hillary Clinton telah memicu skandal terhadap calon Presiden AS, Donald Trump, dengan mengaitkannya dengan Putin dan peretasan yang dilakukan oleh Rusia terhadap Komite Nasional Demokrat (DNC).” tulis laporan tersebut.
Namun, dalam suratnya kepada Graham, Ratcliffe mencatat bahwa komunitas intelijen AS tidak mengetahui keakuratan tuduhan ini atau sejauh mana analisis intelijen Rusia mungkin mencerminkan pembesaran atau fabrikasi.
Trump awalnya memilih Ratcliffe untuk menjadi direktur intelijen nasional pada 2019, tetapi konservatif asal Texas itu menarik diri setelah munculnya pertanyaan mengenai klaim yang dibesar-besarkan dalam resume keamanan nasionalnya dan rekam jejaknya yang partisan.