Donald Trump Akan Pecat Seluruh Duta Besar AS Pilihan Obama di Semua Negara
Trump tegaskan bahwa keinginannya memilih Coats karena ia memiliki kemampuan untuk memimpin komunitas intelijen AS.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Jelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), para duta besar (Dubes) AS di seluruh negara dunia dibuat panik oleh kabar akan dicopot dari jabatannya.
Tim transisi presiden terpilih AS Donald Trump meminta agar para dubes AS di seluruh dunia pilihan Presiden AS Barack Obama berhenti dari penugasannya.
Mereka diminta untuk berkumpul di Washington, AS, pada hari pelantikan Donald Trump 20 Januari mendatang.
Mandat tersebut dikonfirmasi oleh Duta Besar Selandia Baru Mark Gilbert, melalui cuitan Twitter-nya.
"Saya akan pergi pada 20 Januari nanti," kata Mark Gilbert, Sabtu (7/1/2017).
Baca: Belum Dilantik Jadi Presiden, Donald Trump Sudah Ancam ke General Motors
Hal tersebut membuat panik para dubes, karena kehidupan mereka di tempat penugasan masing-masing terancam terpotong begitu saja.
Mereka harus mengajukan perpanjangan visa agar keluarga mereka dapat tetap tinggal dan melanjutkan pendidikan di negara penempatan mereka.
Mandat ini dipandang berbeda dari yang biasanya dilakukan pada masa-masa transisi pemerintahan sebelumnya.
Sebab, pada masa-masa transisi pemerintahan terdahulu, biasanya para duta besar hasil pilihan pemerintah sebelumnya diberi waktu beberapa bulan untuk transisi penugasan.
Baca: Kalah di Pilpres, Hillary Clinton Janji Hadiri Pelantikan Trump
Pejabat tim transisi Trump mengatakan tidak ada maksud buruk dari mandat tersebut, hanya memastikan para dubes untuk tepat mengikuti jadwal transisi.
Pilih Direktur Intelijen
Senator dari Partai Republik yang telah pensiun, Dan Coats, menjadi direktur intelijen nasional pemerintahan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Demikian diumumkan Trump dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (7/1/2017) waktu setempat.
Dalam pengumumannya, Trump tegaskan bahwa keinginannya memilih Coats karena ia memiliki kemampuan untuk memimpin komunitas intelijen AS.
Trump mengatakan bahwa Coats "memiliki penilaian yang mantap" dan "akan menjalankan kepemimpinan yang kokoh".
Coats menjabat di DPR selama delapan tahun dan total 16 tahun di Senat sebelum pensiun bulan Januari ini.
Ia bertugas di Komisi Intelijen dan Angkatan Bersenjata Senat.
Jabatan direktur intelijen nasional dibentuk setelah serangan 11 September untuk meningkatkan pertukaran informasi intelijen AS di antara 16 badan yang ada, termasuk CIA dan NSA.
Direktur yang menjabat saat ini, James Clapper, baru-baru ini memainkan peran penting dalam menyusun analisis dugaan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu presiden AS tahun lalu.
Trump mendapat kritik karena menganggap enteng penilaian intelijen setelah sebelumnya ia berkali-kali meragukan hal tersebut.
Para pengamat menyatakan bahwa Trump tengah mencoba menghindari kritik semacam itu dengan menekankan pentingnya badan-badan intelijen dengan memilih Coats.
(NHK/AP/The Australian/Reuters/AFP).