Trump Ngotot AS Harus Mundur dari Perjanjian Trans Pacific, Ganti Haluan ke Perjanjian Bilateral
"TPP atau perjanjian multilateral apapun yang seperti TPP sudah mati," ujar seorang tim penasihat Trump yang minta identitasnya dirahasiakan
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Donald Trump memenuhi janjinya. Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) itu tetap akan membekukan pakta dagang Trans Pacific Partnership (TPP).
Trump lebih memilih membuat perjanjian perdagangan bilateral.
Salah satu penasihat transisi kebijakan Trump menegaskan bahwa TPP sudah mati.
"TPP atau perjanjian multilateral apapun yang seperti TPP sudah mati," ujar seorang tim penasihat Trump yang minta identitasnya dirahasiakan kepada Reuters.
Sementara itu, kandidat Menteri Luar AS Rex Tillerson tidak secara tegas mengatakan AS akan mundur dari sejumlah perjanjian multilateral.
Dia mencontohkan, kesepakatan perdagangan Pasific Rim 12 negara yang disetujui Presiden Barack Obama akan tetap dilanjutkan.
Meski demikian, Tillerson menegaskan, perjanjian multilateral tersebut perlu dinegosiasikan kembali. Alasannya demi mencapai kepentingan terbaik bagi AS.
Namun penasihat transisi kebijakan Trump mengatakan bahwa Presiden Trump tidak tertarik untuk melanjutkan perjanjian multilateral.
"Apa yang dikatakan Tillerson adalah pandangan pribadi," tandas penasihat itu seperti dikutip Reuters.
Mundurnya AS dari TPP menjadi salah satu kebijakan Trump dalam agenda 100 hari perdananya.
Trump menyatakan, TPP adalah bencana buruk bagi AS, karena China dinilai sebagai manipulator mata uang.
China dianggap memanipulasi pengadaan tarif atas barang-barangnya sebagai alat untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan China.
Penasihat Trump menyebut pemerintah baru bertekad mundur dari perdagangan China dan memutar balik dari segala kesepakatan perdagangan dengan China.
Selama ini Negeri Tembok Besar itu, dianggap telah 'melubangi' basis manufaktur di AS.
Tim penasihat juga meminta agar masyarakat AS memahami bahwa kebijakan China telah memicu perang ekonomi. Termasuk melibatkan perang perdagangan dengan AS.
Meski tidak mengejar transaksi perdagangan multilateral, namun Trump tetap memperkuat perjanjian dagang bilateral.
Salah satunya dengan Inggris. Seperti diketahui pasca keluar dari Uni Eropa, Inggris memang telah menyatakan minatnya untuk melakukan kesepakatan perdagangan bilateral dengan AS.
Reporter: Mona Tobing