Wakil Ketua Komisi I Duga Ada Sabotase dalam Kasus Penyelundupan Senjata Pasukan Perdamaian RI
Arsil kembali berbicara mengenai kasus penyelundupan senjata. Ia menuturkan Bandara Sudan masih terbuka.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR Arsil Tanjung menduga adanya sabotase dalam kasus penyelundupan senjata pasukan Misi Perdamaian Gabungan Uni Afrika (UNAMID) Persatuan Bangsa-bangsa dari Indonesia di Darfur, Sudan.
"Nah itu dia. Saya berpikir itu juga karena saya tentara juga. Mungkin ada sabotase, mungkin ada yang ingin memalukan kita. Atau ada yang ingin menumpang perahu ke hilir," kata Arsil di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Komisi I DPR akan menanyakan peristiwa penyulundupan senjata itu saat rapat kerja dengan
dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kepala Badan Intelijen Budi Gunawan yang dijadwalkan hari ini. Agenda rapat akan membahas evaluasi anggaran dan program tahun 2016 para mitra Komisi I itu.
Arsil kembali berbicara mengenai kasus penyelundupan senjata. Ia menuturkan Bandara Sudan masih terbuka.
"Ada keinginan untuk membonceng sehingga enggak diperiksa. Dan ingat Bandara di Sudan itu enggak seperti tempat kita, teratur dan tertutup. Ini kan masih banyak yang terbuka. Ini susahnya begitu," ujar Politikus Gerindra itu.
Arsil menceritakan pasukan perdamaian Indonesia di Sudan saat itu hendak pulang ke tanah air. Kemudian, dilakukan pemeriksaan barang-barang yang ternyata berisi senjata.
"Seolah-olah anggota kita dituduh menyelundupkan senjata. Kalau saya lihat senjatanya, itu yang banyak AK-47. Itu bukan buatan kita. Berarti itu bukan senjata kita," kata Arsil.
Berdasarkan pengalaman, Arsil menuturkan senjata pasukan perdamaian dikumpulkan dahulu di basecamp sebelum menuju bandara. Senjata itu dicek oleh petugas PBB dan diamankan. Saat di bandara, pasukan perdamaian tidak dapat membawa senjata.
"Paling diperiksa lagi ransel kita, barang-barang kita, enggak ada kita bawa senjata lagi. Jadi supaya diketahui, petugas kita yang bertugas untuk misi perdamaian PBB, selama ini Indonesia merupakan salah satu negara yang terbesar mengirim kontingen," kata Arsil.
Pasukan Perdamaian Indonesia, kata Arsil, juga mendapat penilaian luar biasa oleh PBB. Sebab, pasukan Indonesia dapat cepat membaur dan memiliki pengalaman teritorial..
"Tidak hanya jaga keamanan tapi ikut membangun masyarakat, membangun prasarana di sana. Kita selalu dapat nama itu. Nah kalau ada kejadian ini dan ternyata memang kita, hasil investigasi, ini akan sangat memalukan," kata Arsil.