Siti Aisyah Tinggalkan Anaknya yang Masih Balita di Jakarta untuk Mencari Nafkah di Malaysia
Kematian Kim Jong-nam mengundang reaksi dunia karena diduga kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu sengaja dibunuh.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Perempuan berkewarganegaraan Indonesia, Siti Aisyah, yang ditahan polisi Malaysia terkait pembunuhan Kim Jong-nam adalah seorang ibu yang berjuang mencari pekerjaan di negara orang.
Kematian Kim Jong-nam mengundang reaksi dunia karena diduga kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu sengaja dibunuh.
Pemerintah Malaysia menangkap Siti Aisyah (25 tahun), Kamis (16/2/2017), bersama dengan pacarnya berkewarga-negaraan Malaysia bernama Muhammad Farid Jalaluddin (26).
Polisi menduga Kim (46) dibunuh melalui cara diracuni oleh dua perempuan pada hari Senin (13/2/2017) di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
Baca: Dalam Sekejap, Siti Aishah Asal Serang Membunuh Kakak Kim Jong-Un
Baca: Siti Aisyah Nikahi Anak Majikan di Tambora, Dicerai Karena Selingkuh
Baca: Polisi Temukan Barang-barang Mewah di Kamar Hotel Siti Aisyah
Juga ditahan seorang perempuan lainnya berpaspor Vietnam dan dipercaya menjadi rekan Siti Aisyah dan orang yang sama dalam CCTV di bandara, yang berkaos bertuliskan "LOL".
Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan Aisyah adalah Warga Negara Indonesia.
Sejumlah penelusuran jurnalis telah diterbitkan berbagai media yang menunjukkan bahwa Aisyah sebelumnya bekerja di sebuah toko pakaian sederhana di Jakarta Barat, yang dimiliki oleh mertuanya bernama Lian Kiong (56).
Berdasarkan kisah dari ayah mertuanya itu diketahui Siti bertemu anaknya yang bernama Gunawan Hasyim, yang juga bekerja di toko itu dan keduanya kemudian menikah.
Siti melahirkan seorang putra, bernama Rio, pada tahun 2009.
"Pada awalnya dia bekerja di Malaysia dengan anakku, tidak lama setelah ia melahirkan," kisah Kiong.
Pasangan ini pun kemudian pindah ke Malaysia atas desakan Kiong karena bisnisnya tidak cukup kuat untuk menopang mereka.
"Saya mengatakan pergi bekerja di sana, menghemat uang dan kemudian datang kembali ke sini dan membuka bisnis," katanya.
Menurut Kiong, Siti menemukan pekerjaan sebagai penjaga toko di Malaysia, sementara putranya bekerja di sebuah restoran.
Suami Siti kembali ke Jakarta setelah pernikahan mereka berubah dan bercerai.
Sejak itu Siti hanya melihat anaknya berusia tujuh tahun, Rio, yang tinggal di Jakarta, sekitar setahun sekali.
Terakhir kali Siti mengunjungi keluarga di Jakarta Barat adalah selama perayaan tahun baru Imlek pada tanggal 28 Januari.
Sebelum kembali ke Malaysia, Siti sempat memberikan anaknya uang sebesar Rp 300.000.
Petugas imigrasi Indonesia mengatakan Siti meninggalkan Indonesia pada tanggal 2 Februari menumpang kapal feri dari Batam ke Johor.
Polisi Malaysia mengatakan pada Jumat (17/2/2017) bahwa tubuh Kim Jong-nam tidak akan dirilis ke Pyongyang sampai proses identifikasi selesai.
Kepolisian Malaysian pun telah mengirim sampel dari tubuh Kim untuk diperiksa di laboratorium untuk menentukan jenis racun yang tampaknya disemprotkan di wajahnya pada Senin lalu.
Diplomat Korea Utara pada awalnya keberatan atas pemeriksaan jenasah atau autopsi. Namun para pejabat Malaysia kemudian mengatakan bahwa kedutaan besar juga telah meminta polisi menangan proses identifikasi jenasah.
"Sejauh tidak ada anggota keluarga atau kerabat telah datang untuk mengidentifikasi atau klaim tubuh. Kita perlu sampel DNA anggota keluarga sesuai dengan profil orang mati," demikian kepala polisi Selangor, Abdul Samah Mat kepada AFP.
"Korea Utara telah mengajukan permintaan untuk membawa jenazah, tetapi sebelum kita melepaskan jenazah kita harus mengidentifikasi siapa sebenarnya korban atau jenasah ini," tambahnya.
Teman sekolah Kim Jong-nam memberitahu Guardian pada Kamis (16/2/2017) bahwa mantan pewaris pimpinan Korea Utara itu sudah bersiap-siap untuk pindah ke Eropa karena takut akan hidupnya.
Sumber, yang meminta namanya tidak disebutkan itu, melihat Kim Jong-nam tahun lalu, yang sudah menyadari akan adanya ketakutan mengenai hidupnya.
Kim yang tinggal di Makau, terasing dari Kim Jong-un dan tinggal di pengasingan, sebagian besar di Singapura dan Macau.
Dia dilaporkan telah menyebabkan ayahnya, Kim Jong-il, merasa malu yang mendalam setelah dia mencoba untuk memasuki Bandara Narita Jepang pada tahun 2001, dengan menggunakan paspor palsu Republik Dominika.
Namun, Yoji Gomi, seorang wartawan Jepang yang membentuk sebuah persahabatan dengan Kim Jong-nam, mengatakan pada hari Jumat (17/2/2017) bahwa Kim mengkritik keras Korea Utara akan runtuh tanpa adanya reformasi, tapi reformasi akan membuat runtuhnya dinasti Kim sembari menyebutkan bahwa adiknya akan menjadi sosok boneka yang digunakan oleh kalangan elite yang berkuasa.
Persahabatan mereka dimulai setelah kesempatan pertemuan di bandara Beijing pada tahun 2004.
"Saya pernah mendengar desas-desus bahwa ia playboy, gila judi, tetapi dia orangnya sopan, dan sangat pintar dan kecerdasan yang tajam," kata Gomi.
Segera setelah Kim Jong-un menjadi pemimpin setelah kematian Kim Jong-il pada bulan Desember 2011, Kim Jong-nam diemail Gomi untuk meminta dia menunda penerbitan bukunya.
Namun berjalannya waktu Gomi mengaku selama 7 jam terus menerus bersamanya di Macau dan di Beijing serta pertukaran email sebanyak 150 email.
Hasilnya, jadilah sebuah buku yang diterbitkan Januari 2012 dengan judul "Ayah, Kim Jong Il dan Saya - Pengakuan Kim Jong Nam". (The Guardian/BBC/AP/The Telegraph/AFP/Bernama/Tribunnews).