Wilayah Donbass Sudah Bukan Prioritas Ukraina, Jaminan Keamanan Paling Penting
Media Amerika Serikat The New York Times mengabarkan seorang pejabat tinggi Ukraina mengatakan pentingnya penghentian perang.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Meski peperangan terus berlangsung, rencana perdaiaman antara Ukraina dengan Rusia mulai mencuat.
Ukraina semakin terpuruk karena serangan Rusia yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah timur.
Para pejabat Ukraina mulai berubah pikiran dan tidak lagi memprioritaskan kembalinya wilayah yang direbut oleh Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-995: Kyiv Gagalkan Upaya Moskow Terobos Pertahanan di Kupiansk
Ukraina bakalan kehilangan lebih dari seperlima wilayahnya di sebelah timur.
Media Amerika Serikat The New York Times mengabarkan seorang pejabat tinggi Ukraina mengatakan pentingnya penghentian perang.
"Masalah teritorial sangat penting, tetapi masih menjadi masalah sekunder. Yang terpenting adalah jaminan keamanan," kata pejabat itu.
Seperti diketahui, Rusia kini menguasai sebagian besar Donbass atau wilayah di timur Ukraina. Lima wilayah setingkat provinsi telah diduduki yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporozhiya. Sementara satunya lagi yaitu Krimea telah dianeksasi pada 2014 lalu.
Menurutnya, jaminan keamanan merupakan masalah dalam sebuah perjanjian dengan Rusia.
Ditambahkan, Ukraina ingin memastikan gencatan senjata tersebut benar-benar menjamin pemulihan ekonomi negeri tersebut.
Misalnya membuat kawasan ekonomi yang aman dari peperangan.
Pejabat yang tak mau disebut namanya tersebut menegaskan bahwa Kiev siap menerima kerugian aktual dari wilayah yang direbut jika menerima jaminan keamanan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-994: Rusia Siapkan Serangan Besar di Garis Depan Zaporizhzhia
Namun pernyataan tersebut bertentangan dengan Presiden Volodymyr Zelensky yang tak mau berkompromi.
Dengan Kepala Kantor Kepresidenan Andriy Yermak, Zelensky ngotot bahwa perdamaian harus diiringi dengan pengembalian wilayah Ukraina.
Sementara Kyiv Independen mengabarkan. penasihat pertahanan Presiden AS, Mike Waltz mengatakan Presiden Donald Trump ingin mengajak Rusia dan Ukraina ke meja perundingan.
Trump memang telah berjanji akan mengakhiri perang Ukraina-Rusia "dalam 24 jam".
Media memberitakan, rencana tersebut perlu beberapa hal antara lain penangguhan Ukraina menjadi anggota NATO, demiliterisasi di wilayah peperangan di Donbass dan pembekuan perang.
Waltz akan menggantikan Jake Sullivan dalam peran penasihat senior Gedung Putih. Dalam posisi ini, ia akan memberi pengarahan kepada Trump tentang isu-isu keamanan utama dan memiliki kesempatan untuk memengaruhi keputusan kebijakan utama.