Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wikileaks Sebut CIA Mampu Ubah Televisi Anda Jadi Alat Penyadapan

"Koleksi yang luar biasa ini, yang berjumlah lebih dari ratusan juta baris sandi, memberikan pemiliknya seluruh kapasitas peretasan CIA,"

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Wikileaks Sebut CIA Mampu Ubah Televisi Anda Jadi Alat Penyadapan
NET
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC – Dokumen rahasia Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan Wikileaks, Selasa (6/3/2017), menyebutkan, Agen Intelijen Pusat (CIA) bisa mengubah televisi Anda menjadi alat penyadapan.

Bahkan bisa menelusuri aplikasi enkripsi populer dan mungkin bisa mengendalikan mobil Anda.

Wikileaks juga mengunggah hampir 9.000 dokumen yang menurutnya dibocorkan dari CIA yang jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu, maka kali ini disebut sebagai publikasi terbesar dokumen rahasia intelijen AS.

Kelompok pembocor rahasia negara itu mengklaim bahwa sekumpulan besar dokumen CIA, alat dan sandi peretas mewakili “mayoritas senjata peretasannya” telah bocor di dalam komunitas keamanan siber.

Wikileaks telah menerima dan merilis sebagiannya saja.

"Koleksi yang luar biasa ini, yang berjumlah lebih dari ratusan juta baris sandi, memberikan pemiliknya seluruh kapasitas peretasan CIA," kata kelompok tersebut sambil memperingatkan tentang adanya risiko proliferasi senjata-senjata siber, seperti dirilis Agence France-Presse.

Baik CIA maupun Gedung Putih tak bersedia mengonfirmasi tentang keaslian dokumen yang dibocorkan Wikileaks tersebut.

Berita Rekomendasi

Jika terkonfirmasi dan dikukuhkan, bocoran tersebut bisa membuat intelijen AS malu besar.

Terbongkarnya rahasia Badan Keamanan Nasional (NSA) oleh Edward Snowden pada 2013 tentang penyadapan percakapan telepon warga AS juga seperti dikukuhkan oleh bocoran Wikileaks terbaru.

Demikian juga halnya dengan penangkapan pejabat NSA tahun lalu yang memindahkan materi rahasia negara ke rumahnya selama 20 tahun.

WikiLeaks mengatakan, data menunjukkan bahwa CIA kini sudah menyaingi NSA (organisasi mata-mata elektronik utama AS dalam perang siber) tapi berpengawasan lemah.

Arsip menunjukkan CIA memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam sistem peranti keras (hardware) dan peranti lunak (software).

Termasuk yang dibuat perusahaan-perusahaan AS – tanpa memberitahu dahulu tentang kelemahan tersebut.

Menurut Wikileaks, CIA tampaknya telah memproduksi lebih dari 1.000 sistem malware – seperti virus, trojan, dan perangkat lunak lain yang bisa menembus dan mengendalikan elektronik pribadi.

Malware adalah istilah yang digunakan untuk perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap sistem komputer.

Alat-alat peretas ini menyasar iPhone, sistem Android seperti telepon pribadi yang dilaporkan masih digunakan Presiden Donald Trump.

Kemudian peranti lunak populer Microsoft dan TV pintar Samsung yang bisa diubah menjadi alat mikrofon rahasia untuk menunjang penyadapan.

CIA juga telah memeriksa peretasan ke dalam sisitem kontrol elektronik pada mobil dan truk yang berpotensi memungkinkan pengendaliannya dari jarak jauh.

Dengan menginfeksi dan secara efektif mengambil alih perangkat lunak smartphone, WikiLeaks mengatakan, CIA bisa menelusuri dan memotong teknologi enkripsi pada aplikasi populer.

Seperti WhatsApp, Signal, Telegram, Weibo, dan Confide dengan mencegat komunikasi sebelum dienkripsi.

CIA tidak memberikan konfirmasi atau menyangkal keaslian dokumen yang dibocorkan Wikileaks itu.

"Kami tidak mengomentari keaslian atau isi dokumen intelijen yang diklaim tersebut," kata juru bicara CIA, Jonathan Liu, lewat surat elektroniknya kepada AFP.

Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menolak berkomentar, mengatakan "Itu sesuatu yang belum sepenuhnya dievaluasi."

Tapi Devin Nunes, Ketua Komite Intelijen DPR AS, mengatakan pengungkapan itu tampaknya sangat serius.

"Kami sangat prihatin," katanya.

Wikileaks memperoleh sejumlah besar dokumen itu dari Pusat Mata-mata Ciber CIA di kantor pusatnya di Langley, Virginia, dekat Washington, dan di konsulat AS di Frankfurt, Jerman.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas