Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Trump Sambut Hangat Pangeran Arab Saudi, Mohammad Bin Salman

Bin Salman saat ini dipercaya Kerajaan Saudi memimpin Vision 2030, reformasi diversifikasi ekonomi yang tidak hanya mengandalkan minnyak.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Presiden Trump Sambut Hangat Pangeran Arab Saudi, Mohammad Bin Salman
WASHINGTON TIMES/AP PHOPO/HASAN JAMALI/FILE
Pangeran Mohammad Bin Salman 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut Pangeran Arab Saudi Mohammad bin Salman pada undangan makan siang di Gedung Putih, Selasa (14/3/2017) waktu setempat.

Trump menyambut bin Salman di Oval Office. Namun, tidak ada sesi tanya jawab dengan media dalam pertemuan singkat sebelum makan siang tersebut.

Keduanya terlihat berbeda. Trump berusia 70 tahun sementara bin Salman masih 31 tahun.

Pangeran Arab hadir mengenakan bisht, jubah tradisional Arab untuk pria berwarna coklat dengan ornamen sulaman emas pada tepiannya. Sedangkan Trump dengan setelan resmi kepresidenan. 

Meski begitu, Donald Trump yang baru resmi inaugurasi pada 20 Januari lalu tampak terlihat santai berbincang dengan Pangeran bin Salman, yang saat ini juga menjabat Menteri Pertahanan Arab Saudi.

Pertemuan keduanya menyiratkan upaya menjalin hubungan yang lebih baik di antara kedua negara yang selama ini disebut tidak begitu baik. 

Bin Salman saat ini dipercaya Kerajaan Saudi untuk memimpin Vision 2030, yaitu reformasi mulai dari diversifikasi ekonomi yang tidak hanya mengandalkan minyak hingga wacana pemberdayaan perempuan.

BERITA REKOMENDASI

Pembicaraan keduanya diperkirakan mencakup hubungan sistem ekonomi dan lapangan pekerjaan, anti terorisme, Yemen dan Iran. 

Pada masa pemerintahan sebelumnya, Obama disebut tidak terlalu memberi perhatian pada pemerintahan Saudi dan lebih fokus pada program nuklir Iran.

Mantan Presiden Obama juga tahun lalu melarang penjualan amunisi khusus yang dibuat untuk Saudi, atas penolakan serangan Saudi ke Yemen yang menyebabkan jatuhnya korban ribuan warga sipil.

Presiden Trump sempat mempertimbangkan mencabut larangan tersebut. Namun, pihak Gedung Putih mengatakan, keputusan tersebut masih memerlukan pembicaraan final.  

 
Sumber: Forbes/Reuters


Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas