Khalid Masood, Pelaku Serangan Maut di London Itu Tak Memiliki Jejak Teroris
Khalid Masood (52), yang mempunyai beberapa nama samaran namun tidak ada punya catatan terkait kelompok radikal dan terorisme.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Anita K Wardhani
Adrian Elms kemudian berpindah agama an mengubah namanya menjadi Khalid Masood.
Ketika kembali ke Inggris pada 2009, ia bekerja sebagai guru senior Bahasa Inggris di TEFL College, Luton.
Pada 2012 ia mendirikan lembaga pendidikan Bahasa Inggris, bernama IQRA, di Birmingham.
Dalam daftar riwayat hidupnya, Khalid menggambarkan dirinya sebagai sosok bersahabat, mudah didekati, dan pendengar yang baik.
Ia pernah mendapat hukuman kasus perusakan pada 1983 saat usianya 19 tahun.
Pada 2003 ia kembali berurusan dengan hukum karena menikam wajah seorang pria berusia 22 tahun. Korban harus menjalani operasi platik di wajahnya.
Operasi penggerebekan
Dalam catatan kriminal polisi tidak ada data mengenai keterlibatannya di kasus terorisme.
Namun dinas rahasia Inggris, M15, sejak beberapa tahun lalu memasukkan nama Khalid dalam daftar pengawasan. Polisi juga menegaskan intelijen tidak mendapat indikasi bakal adanya serangan mematikan.
Seorang tetangga pelaku di Birmingham, Anna Goras (32), mengatakan Khalid merupakan sosok yang punya kepribadian ganda.
"Ia kelihatan sebagai orang yang keras. Ketika dia dalam kondisi emosional, Anda jangan coba-coba adu argumentasi dengan dia," katanya.
Belakangan kelompok ISIS (Negara Islam Irak Suriah) mengaku bertanggungjawab terhadap serangan yang dilakukan Khalid. ISIS mennyebut Khalid sebagai tentaranya.
Untuk mengembangkan kasus itu polisi melakukan serangkaian penggerebekan di sejumlah tempat. Ada delapan orang ditangkap.
Polisi juga menggeledah sebuah apartemen di dekat Kampung Olympic, London Timut, yang ditinggali seorang perempuan bernama Rohey Hydara.