Mayoritas Warga Jepang Percaya Kemungkinan Teror Memasuki Jepang Tinggi
Sedangkan yang tidak percaya, alias kemungkinan kecil teror memasuki Jepang hanya 15% saja.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mayoritas warga Jepang percaya kemungkinan teror memasuki negara Sakura ini cukup tinggi (62%).
Sedangkan yang tidak percaya, alias kemungkinan kecil teror memasuki Jepang hanya 15% saja.
Survei yang dilakukan oleh Tokyo MX TV kemarin (5/4/2017) dilakukan terhadap 2157 responden dengan usia beraneka ragam, kalangan dewasa 20 tahun ke atas baik laki maupun wanita.
Sisanya sebanyak 498 responden tidak tahu apakah tinggi kemungkinannya atau rendah.
Tanggapan warga Jepang ini diberikan setelah pemberitaan teror yang terjadi di jalur kereta api bawah tanah yang ada di Rusia belum lama ini.
Selain itu pengesahan RUU Anti teror oleh pemerintah Jepang yang baru juga tampaknya ikut mempengaruhi pemikiran warga Jepang karena kemungkinan segera ditangkap apabila polisi bisa membuktinya adanya rencana teror dilakukan di dalam Jepang sebelum perbuatan dilakukan.
"Kini dengan UU Anti teror yang baru, baru dugaan saja, baru dicurigai saja dan setelah diusut ada bukti akan terlibat teror, orang tersebut sudah bisa ditangkap polisi," papar sumber pemerintahan Jepang kepada Tribunnews.com Kamis ini (6/4/2017).
Di masa lalu hukum yang berlaku apabila ada teror dan setelah itu diusut dan ditangkap, dikenakan tuduhan pasal UU Anti Teror.
Namun kini dengan UU yang baru, belum melakukan aksi teror pun sudah bisa dilakukan penangkapan di Jepang dengan pasal baru UU Anti teror tersebut.
"Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan nasional Jepang sekaligus menyongsong Olimpiade 2020 mendatang agar Jepang tetap dalam keadaan aman dan nyaman bagi semua orang," lanjutnya.