Arab Saudi Dukung Amerika Serang Pangkalan Militer Suriah
Pemerintah Arab Saudi, Jumat (7/4/2017), menyatakan, negara kerajaan mendukung penuh serangan udara Amerika Serikat ke pangkalan militer Suriah.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RIYADH – Pemerintah Arab Saudi, Jumat (7/4/2017), menyatakan, negara kerajaan mendukung penuh serangan udara Amerika Serikat ke pangkalan militer Suriah.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan, negara kerajaan itu mendukung penuh operasi militer AS yang menarget basis militer Suriah.
Operasi itu “sebagai tanggapan atas penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah yang menyasar warga sipil tak berdosa,” kata pejabat kementerian kepada kantor berita negara, SPA.
Baca: Rusia Kutuk Serangan AS Ke Suriah Sebagai Agresi Terhadap Negara Berdaulat
Pejabat kementerian mengatakan, hanya harus menyalahkan dirinya sendiri karena "kejahatan keji seperti itu sebenarnya telah dilakukan selama bertahun-tahun terhadap rakyat Suriah."
Menurut dia, Presiden AS Donald Trump telah "berani" mengambil tindakan nyata yang tegas di saat "masyarakat internasional gagal untuk meredam laju tindakan keji rezim (Suriah)."
Militer AS telah melancarkan serangan tiba-tiba dengan 60 rudal tomahawk ke Suriah pada Kamis (6/4/2017) malam waktu setempat dan menjadi serangan langsung pertama AS kepada rezim Suriah.
Selain itu, serangan itu juga menjadi perintah militer paling dramatis pertama yang diambil Trump sejak memegang jabatan sebagai Presiden AS.
Sebanyak 60 peluru kendali tomahawk menghantam kawasan pangkalan udara Shayrat, di wilayah tenggara Provinsi Homs, yang ditembakkan dari dua kapal perang AS di Laut Mediterania.
Serangan terukur yang menyasar pesawat, gudang senjata, menara pengawas, dan fasilitas pertahanan udara milik militer Suriah ini, dikabarkan menewaskan setidaknya empat orang.
Pejabat AS di Washington DC mengungkapkan, aksi tersebut merupakan pembalasan atas serangan senjata kimia mengerikan, terhadap warga sipil di sana.
Sebelumnya, Trump yang melihat foto-foto anak-anak tewas dalam serangan kimia, menyebut aksi tersebut sebagai aib bagi kemanusiaan dan melanggar banyak batasan.
Sumber: AFP/Reuters/AP