Kain Tanimbar, Kebanggaan terhadap Soekarno Kini Mulai Disukai Jepang
Kehebatan kain Tanimbar, Maluku Tenggara bagian barat, sempat memukau warga Jepang selama seminggu terakhir ini.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kehebatan kain Tanimbar, Maluku Tenggara bagian barat, sempat memukau warga Jepang selama seminggu terakhir ini. Peragaan busana sukses baik di Osaka maupun di Tokyo kemarin.
Namun di luar itu ternyata memang kepulauan yang memiliki potensi perikanan dan pariwisata sangat cantik di timur Indonesia ini, juga memiliki kebanggaan karena kunjungan Presiden Soekarno tahun 1958.
"Bung Karno sempat mendarat pakai kapal laut di sana sehingga kita sebut Pantai Bung Karno hingga kini," kata Aloysius Batkormbawa, Asisten 2 bidang pembangunan ekonomi kemasyarakatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat kepada Tribunnews.com, Kamis (6/4/2017).
Kemudian dua tahun lalu tepatnya Selasa (25/8/2015) diresmikan Patung Soekarno, presiden pertama Indonesia di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
"Saat Bung Karno ke Saumlaki Tanimbar, dia sempat terpesona akan satu bangunan di perkampungan yang sangat indah. Ternyata itu bangunan Gereja Katolik yang dibangun para pastor Belanda dan Bung Karno sendiri kan juga seorang arsitek jadi wajar keingintahunan dia besar sekali waktu itu," ujar dia.
Saumlaki seperti ingin dikenalkan kepada dunia, bahwa ibu kota Maluku Tenggara Barat ini adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia sekalipun lokasinya berada jauh dari pusat kekuasaan di Jakarta dan berada di daerah terluar dari Tanah Air.
Dibandingkan ke Jakarta, jarak Saumlaki lebih dekat ke Timor Leste dan Australia. Bahkan hanya 40 menit bila dibuka penerbangan langsung ke Canberra Australia.
Baca: Wignyo Rahadi Sukses Tampilkan Peragaan Busana Perpaduan Tanimbar Indonesia Timur dan Jepang
Baca: Kain Tanimbar Sukses di Jepang, Kadin akan Promosikan Daerah Indonesia Lainnya
Dengan paradigma kemaritiman sekarang ini, Saumlaki yang terletak di Pulau Yamdena sesungguhnya adalah pintu terdepan negeri ini.
Barangkali karena posisinya yang jauh dari pusat kekuasaan, baru dua pemimpin nasional yang mengunjungi Saumlaki.
Selain Soekarno pada 1958, pemimpin kedua yang mengunjungi Saumlaki adalah Wakil Presiden Boediono pada tanggal 5 hingga 6 November 2010.
"Itulah sebabnya meskipun letak kita jauh dari dari Jakarta, tetapi kami berusaha kuat untuk mempromosikan daerah ini ke berbagai negara dan kini baru ke Jepang ternyata disambut sangat baik warga Jepang," tambah Aloysius.
Patung yang terbuat dari perunggu itu memiliki tinggi 6 meter.