Keliru Isi Formulir, Bayi Tiga Bulan Diinterogasi Dikira Teroris
Harvey Kenyon-Cairns, sang bayi, rencananya akan terbang ke Orlando, AS, dalam rangka kali pertamanya liburan ke luar negeri.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Seorang bayi berusia tiga bulan diinterogasi Kedutaan Besar AS untuk Inggris lantaran dikira teroris.
Harvey Kenyon-Cairns, sang bayi, rencananya akan terbang ke Orlando, AS, dalam rangka kali pertamanya liburan ke luar negeri.
Namun, semuanya harus kacau lantaran kakeknya Paul Kenyon keliru dalam mengisi formulir pengajuan visa atas namanya.
Pada kolom pertanyaan: "Apakah Anda pernah atau hendak terlibat dalam aksi terorisme, spionasi, sabotase, atau genosida?", Paul Kenyon malah memberikan centang pada jawaban "ya".
Akibatnya, pengajuan visa Harvey Kenyon-Cairns ditolak dan bayi itu malah diminta menghadap ke Kedutaan Besar AS di London untuk diinterogasi.
Paul Kenyon mengaku dirinya baru menyadari kekeliruannya setelah pengajuan visa cucunya tersebut ditolak.
"Saya lalu tak percaya bahwa pihak kedutaan tak melihat hal itu sebagai murni kekeliruan," kata Paul Kenyon.
"Mana mungkin seorang bayi tiga bulan dapat menimbulkan bahaya?," ucapnya lagi.
Paul Kenyon juga mengatakan dirinya menemani Harvey Kenyon-Cairns dan ibunya Faye Cairns menghadap kedutaan untuk proses interogasi.
"Karena Harvey masih terlalu kecil, jadi belum bisa bicara," kata Paul Kenyon.
Atas kekeliruan itu, keluarga Harvey mengalami kerugian sebesar 3.000 poundsterling, atau Rp 50 juta, lantaran keluarga harus membeli tiket baru untuk visa yang terlambat dibuat.
Paul Kenyon berharap Kedutaan Besar AS dapat menyadari bahwa yang dilakukannya itu adalah murni kekeliruan, yang membuatnya harus membayar mahal.
"Lagipula jika Anda seorang teroris, pastinya Anda tidak akan mengaku begitu saja dan mencentang jawaban 'ya', kan?," katanya. (The Guardian)