Amerika Serikat Suplai Peralatan Tempur untuk Pasukan Kurdi
Seluruh daftar belanjaan itu bisa membuat iri sebagian besar Angkatan Bersenjata di seluruh dunia.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang Kurdi yang wilayahnya terletak di antara Turki, Suriah, dan Iran sejak lama memimpikan wilayah untuk mereka sendiri.
Telah lama pula menderita di bawah pemerintahan diktator Saddam Hussein.
Orang-orang Kurdi di Irak sudah berkali-kali melancarkan pemberontakan bersenjata demi memperoleh otonomi dan kemerdekaan. Irak membalas dengan keras, termasuk menggunakan gas beracun.
Pasca Perang Teluk II, orang-orang Kurdi akhirnya diperbolehkan memiliki wilayah dan pemerintahannya sendiri, yang dikenal dengan KRG (Kurdistan Regional Government).
Ketika Amerika Serikat melancarkan operasi Iraqi Freedom, para pejuang Kurdistan kemudian membentuk milisi Peshmerga yang gagah berani, berjuang mengangkat senjata di sisi Amerika Serikat dan para Sekutunya.
Sebagai imbalan, walaupun Saddam sudah jatuh, Peshmerga di Irak tidak dibubarkan.
Organisasinya terus membesar. Kini mereka diberi tugas utama melakukan operasi militer untuk merebut kota-kota yang tadinya direbut oleh militan ISIS.
Dengan jumlah pejuang mencapai 200.000 orang, Peshmerga bukanlah suatu kekuatan yang dapat dipandang sebelah mata.
Walaupun minim senjata berat dan canggih, 36 Brigade Peshmerga memiliki semangat tempur dan daya juang yang tinggi, serta tidak takut bila ditugaskan ke garis depan.
Walaupun saat ini secara organisasi terpecah-pecah dan terafiliasi ke sejumlah partai Kurdi, namun bila sudah di medan pertempuran, seorang pejuang Peshmerga adalah petarung yang disegani, bahkan oleh personel pasukan khusus AS yang bertempur bersama mereka.
Tidak mengherankan bila Peshmerga selalu ada di garis depan medan pertempuran yang ganas untuk merebut kota-kota seperti Mosul dari tangan ISIS.
Di sisi lain, Pemerintah Irak sendiri tidak pernah memprioritaskan kebutuhan persenjataan bagi Peshmerga.
Kekhawatiran bahwa Peshmerga yang terlalu kuat akan meningkatkan kredibilitas KRG dan menimbulkan kebijakan ekspansionis orang-orang Kurdi membuat suplai persenjataan, amunisi, dan logistik untuk para pejuang Kurdi ini dibatasi.
Padahal, medan penugasan mereka sangat luas, termasuk berjuang di Suriah.