Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masyarakat Jepang Semakin Tidak Menerima Pekerja Asing

Sementara itu penggunaan nama keluarga oleh orang Jepang semakin berubah dibandingkan 25 tahun lalu.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Masyarakat Jepang Semakin Tidak Menerima Pekerja Asing
Richard Susilo
Hasil riset NHK mengenai perbandingan penerimaan pekerja asing kini dan 25 tahun lalu 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pekerja asing ternyata semakin tidak diterima oleh masyarakat Jepang saat ini ketimbang 25 tahun yang lalu.

Terlihat jelas pula dari yang menentang semakin banyak ketimbang masa lalu.

Hasil survei NHK Maret lalu terhadap 4800 orang dengan usia 18 tahun ke atas dan dijawab oleh 2643 orang (55,1%) ternyata pekerja asing semakin diterima dengan baik sebesar 51% ketimbang 25 tahun lalu lebih banyak yaitu 56%.

Jumlah 51% ini lebih sedikit daripada 25 tahun lalu. hal ini terbukti pula, jawaban responden yang tidak bisa menerima pekerja asing 25 tahun lalu hanya 32% kini meningkat menjadi 43%.

Satu bukti kuat bahwa pekerja asing semakin "unwelcomed" di negeri sakura ini.

Sementara itu penggunaan nama keluarga oleh orang Jepang semakin berubah dibandingkan 25 tahun lalu.

Berita Rekomendasi

Pertanyaannya, apakah nama keluarga harus sama (ikut suami) setelah menikah?

Kalau 25 tahun lalu 74% menyatakan harus sama menggunakan nama keluarga setelah menikah.

Tetapi kini hanya 54% yang memiliki pemikiran seperti itu. Artinya, mau tetap pakai nama keluarga sendiri semakin modern, tak masalah, meskipun telah menikah.

Bagaimana dengan kejahatan berat menerima hukuman mati?

Semakin banyak yang setuju hukuman mati.Dulu 62% setuju hukuman mati. Kini setelah 25 tahun meningkat 78% setuju akan hukuman mati.

Hal ini bukti kuat semakin keras tindakan warga Jepang bagi pelaku tindak pidana di Jepang.

Pembatasan penggunaan internet oleh anak-anak juga semakin ketat disetujui mayoritas responden 73% .

Sedangkan 22% tidak setuju melakukan pembatasan internet bagi anak.

Di jepang menggunakan penanggalan sendiri, disesuaikan dengan budayanya sehingga banyak hari libur sesuai kebudayaannya sendiri.

Hal ini lain dengan penanggalan gaya barat yang meliburkan misalnya hari Paskah dan hari Natal. Tetapi tidak libur di Jepang.

Pola pikir orang Jepang berubah mengenai penanggalan Jepang agar menjadi penanggalan barat.

Setuju menggunakan penanggalan barat kini 64% jauh lebih banyak ketimbang 25 tahun lalu yang hanya 48%。Sedangkan yang tetap menginginkan pakai penanggalan gaya Jepang kini hanya 29%.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas