Ratusan Imam Masjid di Inggris Menolak Salatkan Jenazah Teroris
Tujuh orang meninggal dan 48 lainnya luka-luka, 18 di antaranya dalam kondisi kritis dalam serangan London.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sekitar 200 imam dan pemuka komunitas Muslim Inggris menolak melakukan salat jenazah kepada "teroris" yang melakukan serangan di London dan Manchester, "tindakan keji" yang "mencemarkan Islam".
Para pemuka Islam dari seluruh Inggris mengungkapkan "kecaman keras" dan "rasa terkejut" serta "muak" terkait serangan yang dilakukan di Manchester 22 Mei dan London, Sabtu (03/06) lalu.
Tujuh orang meninggal dan 48 lainnya luka-luka, 18 di antaranya dalam kondisi kritis dalam serangan London.
Dalam serangan Sabtu malam itu, salah seorang penyerang dilaporkan menyebutkan "ini untuk Allah".
Polisi telah mengumumkan tiga nama penyerang di London Bridge, Youssef Zaghba, warga Moroko-Italia, Khuram Butt, 27, yang lahir di Pakistan dan Rachid Radouane, 30,tahun.
Pada hari pertama seruan penolakan salat jenazah dikeluarkan lebih dari 130 imam yang menandatangani dan sampai Selasa (06/06) sudah lebih dari 200 orang, kata Rehana Sadiq, ustadzah dari Birmingham yang ikut menyusun pernyataan para imam.
"Kami rasa penting untuk (terus) mendorong imam lain untuk menolak melakukan salat jenazah untuk teroris-teroris ini ... kami tak ada kaitan dengan tindakan itu, ini tidak ada hubungannya dengan Islam, dan kami tidak terima," Rehana kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.
Pembunuh yang menggunakan nama agama
"Pada dasarnya kami harap dengan posisi ini kami kirim pesan kuat kepada ke siapa pun lagi yang berpikir melakukan kekejaman seperti ini."
"Jelas tertulis dalam Alquran surah kelima (Al Maidah) ayat 32, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia," tambahnya.
Sebelumnya para imam menyatakan "sangat pedih dengan terjadinya serangan teror yang dilakukan di negara kita, sekali lagi oleh para pembunuh yang mengunakan nama agama dalam tindakan mereka".
"Walaupun tindakan ini tak bisa diterima kapan saja, kekejaman ini dilakukan selama Ramadan, di mana umat Islam menjalankan ibadah, berdoa dan bersedekah ... dan ini menunjukkan bagaimana jauhnya tindakan teroris ini dari agama kami," kata para imam.
"Para penjahat itu mencemarkan agama kami dan Rasul kami," tambah mereka.