Perusahaan Airbag Jepang Takata Menuju Kebangkrutan
Namun pihak perusahaan mobil Jepang memperkirakan kerugian bisa melebihi 1 triliun yen.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perusahaan airbag (kantung udara penyelamat pengendara mobil raksasa Jepang Takata Corporation hari ini (26/6/2017) memutuskan untuk mengajukan diri meminta perlindungan usaha sesuai UU Rehabilitasi Usaha Sipil, karena kerugian diperkirakan melewati satu triliun yen.
Upaya ini di Jepang biasanya dilakukan perusahaan besar yang ditakutkan beresiko tinggi bangkrut.
"Pihak Direksi dalam pertemuannya menghasilkan kesimpulan untuk mengajukan aplikasi perlindungan usaha sesuai UU Rehabilitasi usaha sipil yang ada di Jepang," ungkap sumber Tribunnews.com Senin ini (26/6/2017).
Takata melakukan recall (penarikan kembali semua poroduknya) baik di Amerika Serikat (AS) maupun di Jepang karena adanya beberapa kecelakaan bahkan adanya satu kemarian dalam kecelakaan akibat gagal mengembang kantung udara penyelamat tersebut.
Defisit fiskalnya per 31 Maret 2016 menunjukkan sedikitnya kerugian 79,5 miliar yen.
Namun pihak perusahaan mobil Jepang memperkirakan kerugian bisa melebihi 1 triliun yen.
Meskipun Takata melakukan berbagai upaya perbaikan termasuk restrukturisasi (Red.: nama sopan dari PHK) namun segala upaya perbaikan tetap tak bisa menolong kerugian yang sangat besar perusahaan tersebut.
Dengan mengajukan diri perlindungan tersebut, pemerintah akan ikut mengontrol perusahaan ini dan sesuai keputusan pengadilan mendatang Takata merus metencanakan perubahan struktur manajemen agar usahanya bisa berjalan terus.
Takata juga akan meninjau ulang investasinya di AS yaitu pada perusahaan KSS (Key Safety Systems), perusahaan suku cadang AS di bawah perusahaan China, yang kemungkinan besar akan cabut ke luar dari perusahaan tersebut demi perbaikan struktur permodalan usahanya yang di ujung tanduk saat ini.
Takata merupakan salah satu perusahaan raksasa dari tiga pembuat airbag mobil terbesar di dunia.
Namun dengan kesalahan pabrik dan kecelakaan di beberapa tempat termasuk kematian seorang penumpang akibat gagal berkembang airbag tersebut saat kecelakaan, Takata mengalami banyak kecamanan dan tekanan dari banyak pihak saat ini.