Porselin dari Arita Jepang, Ukurannya Kecil Tapi Harganya Rp 1,3 Miliar
Porselin itu milik Maesaka Seitendo dibuat dengan style nabeshima, dengan underglaze biru dan overglaze Polychrome enamel.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Melihat porselin (tembikar) mungkin langsung terbayang kolektor, seperti juga kolektor prangko, lukisan dan sebagainya.
Kali ini Tribunnews.com melihat porselin kecil dengan diameter sekitar 20cm tetapi berharga sekitar Rp 1,3 miliar.
"Itu buatan abad ke-17 sangat mulus masih tersimpan dengan baik," kata Keiko Kawashima, Humas Hotel Keio Plaza Shinjuku khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (19/7/2017).
Porselin itu milik Maesaka Seitendo dibuat dengan style nabeshima, dengan underglaze biru dan overglaze Polychrome enamel.
Desain porselin biru antik tersebut berupa pohon yang hidup mengambang di air beserta bunganya.
Ribuan jenis porselin baik kecil maupun besar dipamerkan di hotel tersebut lantai dua (ruangan khusus dekat kafe) dan lantai 1 dekat area restoran.
Porselin Arita terkenal sebagai porselin terbaik yang ada di Jepang. Mengapa? Karena bahan bakunya, pasir tanahnya berkualitas tinggi untuk membuat porselin.
Pada akhir Zaman Asuka (sekitar abad ke-7) produk keramik Cina mulai diimpor ke Jepang. Sejak saat itu pembuatan keramik dimulai di Jepang.
Pada masa Dinasti Ming (1368–1644) orang Jepang memiliki ketertarikan besar terhadap porselen biru dan putih dari Cina dan Korea.
Pada Zaman Edo-lah (1603-1868) porselen mulai dibuat di Jepang.
Ri Sampei (Yi Sam-pyeong) adalah perajin tembikar dari Korea yang tiba di Jepang pada pertengahan abad ke-17.
Ia menemukan sejenis tanah liat bernama kaolin yang menjadi bahan porselen di gunung Izumi-yama, Arita, Jepang.
Pada tahun 1616 lahirlah porselen pertama di Jepang. Pada mulanya porselen Arita mendapat pengaruh dari Cina dan Korea.