Presiden Duterte Ancam Penjahat Narkoba: Saya Akan Buru Anda Sampai Pintu Neraka!
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji dirinya akan memburu penjahat narkoba "sampai ke pintu neraka".
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, ISLAMABAD - Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji dirinya akan memburu penjahat narkoba "sampai ke pintu neraka".
Dalam pidato kenegaraannya yang berdurasi dua jam, Senin (24/7/2017), Duterte membahas banyak topik yang menjadi perhatian dalam kebijakannya.
Satu hal yang paling ditekankan adalah soal pemberantasan narkoba, yang tampaknya memiliki resonansi besar di pemerintahan Duterte ini.
"Tak peduli berapa lama, upaya membasmi peredaran obat-obatan ilegal akan terus dilakukan, karena itu yang menjadi akar segala kejahatan dan penderitaan," kata Duterte.
Baca: Duterte Kunjungi Marawi Saat Pertempuran Tentara Filipina dan Milisi Masih Berkecamuk
Duterte menekankan bahwa dirinya tidak akan membiarkan generasi muda Filipina rusak oleh narkoba dan korupsi.
"Jika anda mengganggu masa depan anak-anak yang akan menjadi generasi penerus negeri ini, saya akan buru anda sampai ke pintu neraka!," ucapnya.
Duterte pun mengecam pihak-pihak yang mengkritik kebijakannya dalam memberantas peredaran narkoba di negaranya.
Menurutnya, kematian ribuan penjahat narkoba di Filipina merupakan kesalahan para penjahat itu sendiri atas keterlibatannya dengan narkoba.
Duterte menilai pihak-pihak yang mengkritik lebih baik menggunakan suaranya untuk mengedukasi dalang-dalang narkoba atas tindakannya.
"Tak perlu menakuti saya dengan ancaman penjara atau Mahkamah Internasional. Saya rela dipenjara seumur hidup saya," ujarnya lagi.
Selain pemberantasan narkoba, Duterte juga membahas isu-isu perubahan iklim, terorisme, korupsi, aborsi, dan hukuman mati.
Dalam bahasan terorisme dan keamanan negara, Duterte menitikberatkan pembicaraan pada konflik Marawi, kota yang masih diambil alih oleh Maute.
"Marawi, kita akan segera menyelesaikan masalahmu. Sampai teroris terakhir keluar dari kota itu," tegas Duterte. (New York Post).