Kini Transgender Sudah Diterima di Kerala, India
Pada 2015, Kerala menjadi negara bagian pertama di India yang menciptakan sebuah kebijakan untuk mengakhiri diskriminasi dan marginalisasi transgender
TRIBUNNEWS.COM - India punya jaringan kereta api yang sangat besar dan jangkauannya luas. Transportasi ini menghubungkan orang-orang dan tempat di seluruh negeri.
Pada Juni lalu, jalur kereta api terbaru dibuka di kota pelabuhan barat daya, Kochi, Kerala. Tapi Perusahaan Kereta Api Kochi bukan hanya ingin memodernisasi transportasi di kota padat itu. Mereka ingin menyediakan peluang baru bagi komunitas transgender lokal.
Karena kereta api adalah tempat bertemunya masyarakat dari semua lapisan sehingga merupakan tempat yang berpotensi menghancurkan penghalang sosial dan stigma.
Berikut kisah lengkapnya seperti dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Di stasiun Edapally di Kochi, Kerala, penumpang terlihat sangat antusias. Layanan kereta api baru saja dibuka di kota pelabuhan yang ramai di pantai barat daya India ini.
Dua dari empat petugas tiket di sini adalah transgender. Kantor Layanan Kereta Api Kerala adalah lembaga pemerintah pertama di India yang secara proaktif mempekerjakan orang transgender.
Raga Ranjini bercerita pekerjaannya di loket tiket telah membuat masyarakat lebih menghargai dia.
”Ini adalah kehidupan yang sama sekali baru bagi saya. Tidak hanya untuk saya tapi juga seluruh komunitas kami. Kantor Layanan Kereta Api Kochi memberi kami kesempatan untuk membuktikan diri sebagai pekerja keras,” ungkap Raga.
Perusahaan Kereta Api Kochi menyediakan total 60 posisi bagi orang transgender - mulai dari bagian tiket hingga pemeliharaan. Pada bulan Juni, ada 23 staf transgender yang sudah mulai bekerja.
“Layanan Kereta Api Kochi tidak mau hanya sebagai proyek infrastruktur. Kami ingin menjadikannya proyek mata pencaharian dan tempat terjadinya inklusi sosial. Kami menyiapkan perjalanan khusus bagi para pekerja. Ini akan mengubah sikap negara karena kita tidak melihat proyek ini sebagai proyek transit,” jelas Reshmi C.R., manajer komunikasi di perusahaan itu.
Kebanyakan transgender di India menghadapi diskriminasi.
Karena sempitnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan atau pendidikan formal, banyak yang terpaksa melakukan apa saja untuk bertahan hidup, mulai dari mengemis di jalanan, menari di pesta pernikahan, bahkan menjadi pekerjaan seks.
Sherin Antony adalah petugas kebersihan baru di stasiun Kochi. Dia bilang ini adalah perubahan yang sangat dinantinya. “Sebelum bekerja di sini, hidup saya sangat berat dan sulit. Dulu saya mengemis di dalam kereta api dan bus. Orang takut pada kami dan menghindari interaksi apa pun dengan kami,” kisah Sherin.
Reshmi mengatakan pekerjaan ini memberi orang transgender rasa hormat yang pantas mereka dapatkan.
“Transgender tidak pernah dianggap perempuan yang buruk atau semacamnya. Memang mereka tidak diberi kesempatan tapi tidak pernah membawa nasib buruk,” kata Reshmi.
Di stasiun-stasiun Kerala juga diputar sebuah video baru. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran tentang diskriminasi dan hak-hak komunitas transgender India.
Pada 2014, pengadilan tertinggi India memutuskan bahwa orang transgender punya hak yang sama berdasarkan hukum dan memberikan status hukum pada jenis kelamin ketiga.
Orang India transgender diberi hak untuk menikah dan mewarisi properti dan mereka berhak mendapatkan kuota dalam pekerjaan.
Pada 2015, Kerala menjadi negara bagian pertama di India yang menciptakan sebuah kebijakan yang secara khusus ditujukan untuk mengakhiri diskriminasi dan marginalisasi terhadap orang transgender.
Meski perjalanan masih panjang, tapi Sherin mengatakan inisiatif seperti ini membuat perbedaan besar.