Pria Jepang Ciptakan Alat Musik yang Suaranya Mirip Gamelan Meski Belum Pernah ke Indonesia
Jika berkesempatan berkunjung ke Indonesia, hal pertama yang ingin dilihat Sugai adalah alat musik gamelan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kisah perjalanan seorang warga Jepang, Hajime Sugai (47) sangat menarik.
Belum pernah ke Indonesia tetapi menyukai musik gamelan dan menciptakan satu alat musik baru di dunia bernama Propanota yang dibuat dari tabung gas bekas.
"Saya belum pernah ke Indonesia tapi saya suka bunyi gamelan dan Djembe dari Kongo Afrika yang ditabuh itu dan saya temukan pula di Amerika Latin," kata Hajime Sugai (47) kepada Tribunnews.com, Selasa (5/9/2017).
Jika berkesempatan berkunjung ke Indonesia, hal pertama yang ingin dilihat Sugai adalah alat musik gamelan dan sekaligus ingin memainkan dan mendengarkan dengan baik.
"Saya senang sekali dengan bunyi gamelan merdu di telinga saya. Kebetulan ada Djembe alat musik tabuh dari Afrika pula yang dipakai di Amerika Latin dan dipadukan menjadi alat musik Propanota yang saya ciptakan ini sejak tahun 2011 dan dijual juga pada tahun yang sama," kata Sugai.
Pria kelahiran Kota Yachiyo 4 Juni 1970 itu sejak kecil punya darah seni dan suka musik.
Tapi baru tersalurkan dan berkembang seni musiknya sejak pergi jalan-jalan ke Amerika Latin antara tahun 1995-1998 ke berbagai negara antara lain Argentina, Chili, Peru, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Brasil, dan negara lainnya.
Baca: Cerita Musa 15 Hari Menyeberangi Laut Myanmar Sampai Aceh dan Kini Jadi Pengungsi di Makassar
"Saya suka bahasa Spanyol jadi saya ke Amerika Latin selama hampir 3 tahun," ungkapnya.
Selain ke Amerika Latin, Sugai juga pernah ke China, ke Spanyol, Perancis dan Austria.
Khusus China dan Austria justru untuk bekerja lain yaitu pembuatan kembang api.
"Kedua negara itu suka kembang api jadi kita impor dari Jepang kirim pakai kapal laut, dan dipasang di kedua negara tersebut. Perusahaan tempat saya bekerja dulu sekitar awal tahun 1990 juga pernah mengekspor kembang api ke Indonesia dan Thailand," kata dia.
Setelah pulang dari Amerika Latin, Sugai bekerja 11 tahun sejak 2000 hingga 2011 di perusahaan kembang api Ikebun Co.Ltd yang ada di Fujieda Perfektur Shizuoka.
"Kembang api juga indah sekali saya suka sekali jadi saya kerja di perusahaan itu. Sejak 2011 pensiun, tapi setiap tahun tetap ke sana membantu paruh waktu kerja setiap musim panas saja sekitar Agustus untuk setting event festival kembang api di sana," jelasnya.
Lulusan dari universitas di Tokyo jurusan ekonomi itu, memang bekerja di bidang musik saat ini dan menjadi penemu serta pembuat alat musik Propanota.
Baca: Seleksi Administrasi Diumumkan Hari Ini, Pelamar CPNS Kemenkumham Dilarang Menelepon Panitia
Kini ada lima jenis Propanota yang dibuatnya yaitu jenis Peco6, P6, P15, Peco Nico dan PG-8. Harganya berkitar 14.000 yen atau sekitar Rp 1,75 juta hingga yang berharga 36.000 yen atau sekitar Rp 4,5 juta per unit.
"Bedanya terutama pada suara yang dihasilkan serta besar kecil alat tersebut. Kalau tambah besar tambah mahal, suara yang dihasilkan tambah bagus ya tambah mahal," kata dia.
Saat ini penjualan hanya di dalam Jepang sekitar 300 alat musik selama enam tahun terakhir ini.
Paling banyak ada yang borong sekitar 8 alat musik Propanota untuk sebuah rumah jompo, alat musim bagi lansia bermain setiap harinya.
Ada pula seorang artis musik tambur gendang Jepang yang membelinya. Namun sayang alat musik tambur atau gendang kurang terkenal di Jepang, lain halnya dengan piano atau gitar yang cukup populer di Jepang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.