Polemik Jasa Cuci Pakaian Khusus Melayani Warga Muslim di Malaysia
Sultan Johor, Ibrahim Ibni Sultan mengecamnya sebagai praktik kaum ekstremis Taliban di Afghanistan.
Editor: Hasanudin Aco

"Tidak mengizinkan pelanggan non-Muslim untuk menggunakan mesin cuci mandiri dengan dalih kebersihan adalah sesuatu yang mencoreng nama Islam," tulis salah satu komentar yang dibagikan di Twitter.
"Begitu banyak orang Cina yang marah ketika mereka melihat jasa cucian baju 'hanya untuk Muslim'," tulis salah satu cuitan populer lainnya. "Orang-orang Cina tidak pernah melihat rumah atau kamar untuk disewakan 'hanya untuk orang Cina'?
Namun ada juga yang berpendapat bahwa siapa pun berhak untuk menyediakan jasa bagi kalangan ekslusif saja - meski tidak semuanya setuju.
"Isu jasa cucian ini bukan karena dia membatasi pasarnya. Masalahnya, dia bilang dia 'mengutamakan kesucian' -secara tidak langsung dia menyebut pakaian non-Muslim tidak suci," tulis pengguna twitter lain.
Tak lama setelah itu, banyak warga Malaysia, baik Muslim maupun non-Muslim, mengungkapkan kekecewaannya atas kabar tersebut. - termasuk Sultan Ibrahim yang menyebut bahwa keluarga kerajaan "sangat terkejut" dengan kejadian tersebut. Dia memerintahkan binatu untuk menghentikan diskriminasi segera atau berisiko ditutup.
Menyusul teguran Sultan Ibrahim, pemilik jasa cucian baju kemudian meminta maaf dan memindahkan papan nama di depan toko.
Meskipun sebagian besar sultan di Malaysia hanya merupakan kepala pemerintahan seremonial dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan kebijakan, mereka tetap memiliki pengaruh politik yang cukup besar.