Presiden Trump Dicemooh Gara-gara Lempar Tisu Toilet kepada Para Korban Badai
Adegan Trump melempar tisu toilet kepada khalayak ramai saat itu, menurut sang walikota, adalah sesuatu yang 'mengerikan dan memuakkan.'
Editor: Hasanudin Aco
Ini berarti begitu banyak dari mereka yang tidak akan pernah mendengar pandangannya tentang berapa banyak bencana di Puerto Riko menguras anggaran pemerintah AS.
Mereka juga tidak pernah melihat bahwa dia hanya mengunjungi Guaynabo, bagian kota yang kaya, dan bercanda dengan orang-orang di sana bahwa mereka tidak lagi membutuhkan pembagian obor.
Banyak rakyat Puerto Riko mengatakan kepada kami bahwa kunjungan Trump menunjukkan lagi bukti bahwa sang presiden memandang mereka sebagai warga kelas dua di Amerika.
Trump juga menunjukkan dampak dari biaya pemulihan badai itu pada anggaran pengeluaran Amerika, yang sudah menderita kekurangan dana sebesar $72 miliar (Rp1.000 triliun), dan mengatakan kepada rakyat Puerto Riko "Anda telah mengakibatkan anggaran kami jadi agak kacau, tapi tak apa-apa."
Setelah pertemuan itu, dia berkeliling di sekitar San Juan, berhenti di sebuah gereja untuk membagikan bantuan persediaan dan melemparkan tisu kertas WC ke khalayak ramai.
Pada titik tertentu, dia dilaporkan menoleh ke tumpukan senter bertenaga surya dan -tampaknya tidak menyadari masalah lisrik yang dihadapi di sana- dan mengatakan "Anda sudah tidak membutuhkannya lagi," lapor Washington Post.
Setelah kunjungan tersebut, walikota Carmen Yulin Cruz mengatakan kepada MSNBC, bahwa pertemuan Trump dengan para pejabat Puerto Riko telah menjadi latihan kehumasan, tanpa perbincangan dengan siapa pun, tidak dengan satu pun walikota."
Dia melanjutkan: "Adegan mengerikan dan memuakkan tentang bagaimana dia melemparkan kertas toilet dan bahan-bahan kebutuhan pokok, sangat tidak mencerminkan semangat bangsa Amerika."
Dia mengatakan komentarnya tentang memboroskan anggaran AS untuk penanganan Puerto Riko sungguh 'menghina rakyat Puerto Riko,' dan upaya Trump perbandingannya dengan korban badai Katrina "mengecilkan penderitaan kami."
"Padahal mereka (para korban badai Puerto Riko) itu sekarat, mereka tidak punya obat-obatan dan alat-alat medis," katanya.
Cruz mengatakan bahwa Trump telah menjadi 'panglima tertinggi miskomunikasi' (mengacu pada kedudukan presiden AS sebagai 'panglima tertinggi angkatan bersenjata) yang tidak tertarik untuk menghampiri orang-orang yang sedang menderita. Tapi, katanya, "para stafnya, di sisi lain, sepertinya ingin menangani hal ini dengan cara yang berbeda (dengan Trump)".
Sebelumnya Presiden Trump menyebut dalam sebuah cuitan akhir pekan lalu bahwa Cruz adalah seorang pemimpoin yang 'payah,' setelah Cruz menyebutkan pemerintahan Trump 'membunuh kita dengan inefisiensi."