Warga Malaysia ''Mahmud Ahmad'' Gantikan Hapilon Sebagai Emir Baru ISIS Asia Tenggara?
Spekulasi estafet kepemimpinan diserahkan kepada warga Malaysia yang dilatih di kamp Al-Qaeda
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Tewasnya dua pemimpin Abu Sayyaf dan Kelompok Maute yang tergabung dalam ISIS membawa sejumlah spekulasi mengenai siapakah tokoh yang akan memimpin perjuangan para militan.
Spekulasi estafet kepemimpinan diserahkan kepada warga Malaysia yang dilatih di kamp Al-Qaeda di Afghanistan sebagai pimpinan baru "emir" ISIS untuk Asia Tenggara.
Demikian para pakar dan pejabat menganalisa.
Apalagi menurut para pejabat intelijen menggambarkan warga Malaysia atas nama Mahmud Ahmad merupakan seorang pemodal dan perekrut, yang membantu mengumpulkan koalisi pejuang-pejuang ISIS menyerang kota Marawi pada bulan Mei lalu.
Isnilon Hapilon, "emir" ISIS di Asia Tenggara, dan Omarkhayam Maute, salah satu dari dua bersaudara yang punya pendidikan di Timur Tengah yang ada di pucuk pimpinan aliansi militan, tewas dalam operasi militer Filipina di sebuah bangunan di Marawi.
"Jenazah mereka sudah dipastikan pada hari Senin," ujar Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.
Otoritas Militer Filipina mengatakan mereka masih mencari Mahmud.
"Berdasarkan informasi kami, masih ada satu sosok yang berpengaruh, yakni Dr Mahmud dari Malaysia, dan dia masih di daerah tempur utama dengan beberapa orang militan dari Indonesia dan Malaysia," kata kepala militer, Jenderal Eduardo Ano, pada hari Senin.
Baca: Menkominfo: Hindari Berita Negatif, Media Online Akan Diverifikasi
"Tapi kekuatan mereka sekarang berbeda, mereka sudah tidak seagresif sebelumnya."
Jadi ia yakin, tidak akan butuh waktu lama untuk mengakhiri kekuasaan teroris di Marawi.
Ano pun mendesak 30 militan yang tersisa di zona pertempuran untuk menyerah dan membebaskan para sandera.
Abdullah Maute, komandan militer aliansi, dilaporkan tewas pada bulan Agustus lalu, meskipun jenajahnya tidak ditemukan.
Para pejabat intelijen di Malaysia percaya Mahmud meninggalkan Marawi bulan lalu.
Kepala polisi anti-terorisme Malaysia, Ayob Khan Pavilion Pitchay mengatakan kepada Reuters pada bulan Juli, bahwa Mahmud, "berhasil menyelinap keluar dari kota Marawi ke tempat aman lain dengan para pengikut-nya".
Mahmud 39 tahun, yang memegang gelar doktor ilmu agama dan dosen universitas di Kuala Lumpur.
PEREKRUT DAN PEMODAL
Duduk di lingkaran pusat komando Marawi, Mahmud memegang peran penting dalam perekrutan dan pembiayaan, demikian laporan Institute of Policy Analysis and Conflict (IPAC), pada Juli lalu.
Ia menjadi juru hubung untuk orang asing yang ingin bergabung dan bertempur di Filipina atau bergabung dengan ISIS di Timur Tengah.
"Bukan hanya orang Indonesia dan Malaysia menghubungi Dr Mahmud... dia adalah juga dihubungi warga Bangladesh di Malaysia yang ingin bergabung dengan pertempuran di Mindanao," ujar Direktur IPAC Sidney Jones kepada Reuters.
Rohan Gunaratna, seorang analis di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, menggambarkan Mahmud sebagai "pemimpin yang paling penting di Asia Tenggara".
Ahmad El-Muhammady, seorang dosen di International Islamic University Malaysia (IIUM) dan penasehat polisi kontra-terorisme,mengatakan Mahmud sering diminta membiayai operasi ISIS. (ABS-CBN/AP/AFP/Reuters)