Israel Memang Unggul Jika Perang Berlangsung Singkat Namun Beda Jika Peperangan Berlangsung Lama
Selama ini militer Israel dikenal sebagai kekuatan militer yang sulit dikalahkan dalam peperangan khususnya melawan negara-negara Arab.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL - Selama ini militer Israel dikenal sebagai kekuatan militer yang sulit dikalahkan dalam peperangan khususnya melawan negara-negara Arab.
Tapi sesungguhnya imej militer Israel yang selalu unggul dalam peperangan itu tidak sepenuhnya benar.
Meskipun berhasil memenangkan pertempuran dalam Perang Enam Hari (Six Day War) yang berlangsung pada 5-11 Juni 1967 dan Yom Kippur (Oktober 1973), sejumlah operasi militer Israel pernah mengalami kegagalan dan kesalahan strategi militer serta intelijennya.
Kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari tidak menyurutkan perlawanan dari pihak Mesir dan pejuang Palestina yang terus melancarkan serangan gerilya.
Secara diam-diam, pasukan Mesir dan Suriah bahkan mempelajari bagaimana cara Israel memenangkan perang dan strategi yang dipelajari itu kemudian diterapkan dalam Perang Yom Kippur serta terbukti sukses.
Baca: Mengapa Kota Yerusalem Sangat Penting Bagi Umat Islam, Kristen dan Yahudi?
Dalam Perang Yom Kippur, pasukan Israel yang semula bercokol di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan babak belur dihajar pasukan Mesir dan Suriah.
Pasukan Mesir bahkan sukses menyeberangi Terusan Suez, mengamankan bibir pantai di bagian timur Gurun Sinai, dan sekaligus mendobrak garis pertahanan terakhir Bar Lev Israel. Sedangkan pasukan Suriah berhasil mengalahkan pasukan Israel di Gunung Hermon yang berlokasi di bagian utara Israel.
Terdesaknya pasukan Israel dalam Perang Yom Kipuur sekaligus menunjukkan bahwa pasukan yang dikenal memiliki superioritas di kawasan Timur Tengah itu ternyata bisa dikalahkan.
Terpukul mundurnya pasukan Israel oleh gempuran Suriah juga menunjukkan adanya kelemahan di pihak intelijen Israel, Mosad, yag selama ini terkenal mumpuni.
Kendati akhirnya Israel berhasil memenangkan Perang Yom Kippur, secara politik dan strategi tempur saat itu justru sedang mengalami kekalahan.
Pada 2 April 1974, Komisi Agranat dan Pengadilan Tinggi Israel memanggil enam orang pejabat militer Israel untuk mempertanggungjawabkan kesalahan respon militer Israel dalam mengantisipasi serangan Mesir dan Suriah di hari pertama.
Mereka adalah Kastaf David Elasar, Pimpinan Dinas Intelijen Militer, Eli Zeira dan sejumlah stafnya.
Sejumlah petinggi dan intelijen yang bertanggungjawab atas keamanan Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, serta para pejabat terkait itu selanjutnya diminta mengundurkan diri.