Presiden Erdogan: Hei, Trump, Anda Mau Ngapain, Sih?
"Pemimpin politik itu seharusnya tidak menghasut, tetapi mengupayakan perdamaian," katanya lagi.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menyampaikan komentar kerasnya terkait pernyataan AS soal Yerusalem.
Presiden AS Donald Trump akhirnya resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Gedung Putih, Washington, Rabu (6/12/2017) waktu setempat.
Melalui pernyataan tersebut, Trump juga mengumumkan rencana pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Erdogan kembali mengecam Trump atas itu, Kamis (7/12/2017), dan mengatakan bahwa pernyataan tersebut akan membuat kawasan Timur Tengah semakin terpuruk dalam "lingkaran api".
"Hei, Trump, Anda mau apa, sih? Pendekatan macam apa itu?," ucap Erdogan secara ketus, di Bandara Esenboga Ankara, sebelum terbang ke Yunani.
Baca: Kapolres Padamkan Ban yang Dibakar Massa Aksi Unjuk Rasa di Kedubes AS
"Pemimpin politik itu seharusnya tidak menghasut, tetapi mengupayakan perdamaian," katanya lagi.
Selasa (5/12/2017), Erdogan sempat mengatakan, pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan sesuatu yang dapat memicu pemutusan hubungan diplomatik Turki dengan Israel.
"Bapak Presiden Trump, Yerusalem adalah sebuah 'garis batas' bagi muslim!," serunya ketika menghadiri sebuah pertemuan tingkat parlemen.
Menurut Erdogan, penyataan Trump tersebut bukan hanya sebuah pelanggaran terhadap hukum internasional, tapi juga pukulan besar terhadap hati nurani kemanusiaan.
Pernyataan Erdogan itu lalu ditanggapi oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nahshon, yang mengatakan bahwa Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel "selama 70 tahun".
Melalui pernyataannya, Trump mengatakan bahwa dirinya hanya menepati apa yang sudah dijanjikannya semasa kampanye pencalonan presiden pada 2016.
Trump menyebut, pengakuan tersebut menjadi penanda atas dimulainya pendekatan baru terhadap konflik Israel-Palestina.
Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa dengan pengakuan itu, dirinya tidak bermaksud untuk menentukan bahwa seluruh wilayah Yerusalem itu secara resmi akan menjadi wilayah Israel.
"Kami tidak bermaksud untuk menjadi penentu status wilayah tersebut dan hal-hal lain terkait itu, termasuk soal batas wilayah spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem," katanya. (Times of Israel/Hurriyet Daily News)