Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jepang Kewalahan Hadapi Kapal Kayu Ilegal Nelayan Korut, Hampir 2000 Kapal 6 Bulan Terakhir

Terus terang kami kewalahan menghalang mereka ke luar dari kawasan eksklusif ekonomi Jepang

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Jepang Kewalahan Hadapi Kapal Kayu Ilegal Nelayan Korut, Hampir 2000 Kapal 6 Bulan Terakhir
Richard Susilo
Kapal pengawal pantai Jepang (Japan Coast Guard) sedang menyemprotkan air mengusir kapal nelayan Korut dari perairan ekonomi eksklusif (EEZ) Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang terus terang kewalahan mengalami banyaknya kapal ilegal kayu Korea Utara (Korut) yang masuk ke perairan Jepang terutama daerah Yamatotai (kawasan yang paling banyak ikan dan cumi) saat ini karena jumlahnya dalam 6 bulan terakhir ini hampir mencapai 2000 kapal kayu.

"Terus terang kami kewalahan menghalang mereka ke luar dari kawasan eksklusif ekonomi Jepang (EEZ) terutama daerah Yamatotai dekat perbatasan dengan Korea. Jumlahnya sangat banyak sekali saat ini yang ilegal memasuki Jepang," ungkap sumber Tribunnews.com Jumat ini.

Sejak enam bulan lalu hingga kini tercatat 1923 kapal ilegal kayu nelayan Korut memasuki wilayah Jepang untuk mengambil kekayaan ikan dan cumi yang sedang masa panen sejak November lalu hingga kini.

Kapal ilegal Korut pun kini ada yang panjang sampai 30 meter yang berarti dapat mengambil kekayaan laut Jepang sangat banyak sekali.

"Itulah sebabnya nelayan Jepang juga paling mengalami kerugian besar karena hasil lautnya berkurang sudah dirampas sama orang Korut tersebut," tambahnya.

Pihak Japan Coast Guard (JCG) sendiri hanya mengusirnya dengan menyemprotkan air volume besar ke kapal nelayan Korut. Namun kadang ada kapal Korut yang menembakkan peluru ke kapal JCG tersebut sehingga membahayakan semua pihak di tengah laut EEZ Jepang itu.

Berita Rekomendasi

Dua minggu lalu sebuah kapal Korut pun bersandar ke sebuah pulau tak berpenghuni di Hokkaido dan mencuri berbagai barang di sana.

Kerugian penduduk setempat yang meninggalkan barang-barangnya di pulau tersbeut mencapai 13 juta yen.

Seorang Korut yang mendapatkan suaka di Korsel tahun 1985 mengomentari, "Pencurian itu dilakukan karena barang bekas di Jepang misalnya jerigen air, di Korut dianggap sangat luks sehingga bisa dijual mahal. Demikian barang lain pasti dengan motivasi uang dijual di Korut," paparnya.

Selain itu, tambahnya, saat ini Korut sedang kesusahan makanan sehingga banyak yang mengambil kekayaan alam laut di Jepang yang banyak ikan dan cumi, untuk dijual supaya bisa hidup.

"Tapi para nelayan Korut berani mati dengan resiko tinggi trak bawa apa pun menggunakan kapal laut kayunya, "Mereka tak punya ponsel tak pakai baju tebal, bahkan pelampung pun juga tak ada. Jadi resikonya besar kalau kena ombak besar perahu terbalik hitungannya adalah kehilangan nyawa," ungkapnya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas